Chinese Heritage Tour: Tangerang
A Day Trip

Pabrik Lilin – Pabrik Hio – Rumah Kue Keranjang Ny. Lauw
Benteng Heritage Museum

Ide jalan-jalan itu tidak aka nada habisnya. Kali ini NextTrip Organizer dalam menyambut Hari Raya Imlek mengadakan jalan-jalan bareng ke daerah Benteng Tangerang. Berawal dari ide yang dicetuskan oleh salah satu teman dari NextTrip yaitu Mas Yusuf Salam, yang sayang sekali karena sakit membuatnya tidak dapat ikut serta, kemudian ide tersebut kami sampaikan kepada sesepuh didunia persilatan kita ini yaitu mas Teguh Sudarisman keTangerang.

Tujuannya sederhana yaitu melihat persiapan imlek di daerah Tangerang yang terkenal dengan kaum Tionghoa-nya yang sering disebut ‘Cina Benteng’. Perjalanan kami ini dimulai dari berkumpul didaerah Cawang disalah satu mini market sebut saja Seven Eleven Dewi Sartika, janjiannya sie jam 6 pagi tetapi karena ada beberapa kendala akhirnya berangkat jam 7.30. Tujuan Pertama kami adalah Pabrik Lilin Ahong didaerah Teluk Naga, menuju kesana tidaklah susah, kami hanya mengarahkan mobil kedaerah Tangerang keluar tol di exit Serpong kearah Tangerang Kota, kemudian mengarahkan ke Bandara Soetta arah pintu M1 dari sana lurus saja kira-kira 10km sampai.

Disana kami melihat semua proses dari pencairan bahan baku hingga pendistribusian lilin tersebut ke Klenteng-klenteng. Dari sana kami menuju lokasi pembuatan Hio, masih didaerah yang sama. Sayang sekali para pekerja lagi libur tetapi masih ada yang melakukan proses pencelupan dengan warna dan penjemuran Hio, jadi kami tidak dapat info banyak mengenai proses pembuatannya.

Perjalanan berlanjut, waktu sudah menunjukan jam 10.15 dan kami menuju Pabrik Pembuatan Dodol dan Kue Keranjang Ny Lauw. Familiar dengan Roti Lauw? Yup, ini masih satu marga dan masih saudaraan ternyata. Pabrik Pembuatan Dodol dan Kue Keranjang Ny Lauw adalah generasi ke 3 dari pembuat dodol dan kue keranjang. Begitu kami sampai, terlihat kesibukannya pabrik ini dengan kuali-kuali besar dan spatula-spatula yang juga besar serta asap dan panasnya tungku membuat kami kegerahan dan makin lapar, karena sudah jam 11.30. Setelah puas memfoto proses buatnya, kami masuk kedalam rumah Ny Lauw disini adalah proses packaging-nya, ‘all you can eat’ pokoknya didalam semuanya kami cicipi, dengan ‘ci generasi ke 3 yang sangat ramah membuat kami kenyang seketika dan kalap seketika itu juga serta menghabiskan banyak uang untuk belanja oleh-oleh.

Puas kami makan dodol! Dan perjalanan berlanjut ke daerah Pasar Lama Tangerang. Ini slope nanjak untuk mencapai klimaksnya. Makan siang dengan terkagum-kagum itu yang bisa digambarkan, soal harga jangan ditanya karena menurut saya lumayan tidak murah untuk ukuran jajanan pasar, tapi klo soal rasa TOP atau say di disorientasikan karena perut yang sudah meraung-raung kelaparan. Selesai makan kami menuju Bon Tek Bio, sepertinya di Jakarta ada yah? Iya benar nama yang sama dibeberapa daerah untuk Vihara yang menyembah dewa yang sama yaitu Dewa Bon Tek atau Dewa Kemakmuran.

Setelah itu, ini baru klimaksnya, kami berkunjung ke Museum Heritage Benteng sebuah museum swasta yang koleksinya untuk sejarah Masyaraka Cina Benteng terbilang lengkap dan uniknya museum ini ditengah-tengah pasar. Tour kami memakan waktu 1jam dan setelah tour kami dikenalkan dengan super hero dari museum ini yaitu Pak Udaya Halim. Kenapa saya bilang super hero karena berhasil membuat kami terkagum-kagum sehingga tidak terasa kami mendengarkan beliau mendongeng hingga lebih dari 2 jam. Rekor tersendiri berkunjung ke museum dari masuk jam 14.30 keluar jam 18.30.

Setelah keluar dari museum, rasa kulineri dari pasar mulai terasa. Semua teman-teman menyebar kesegala penjuru ada yang makan Nasi Bakar, Nasi Uduk Jengkol, Nasi Goreng, dan saya sendiri bersama dengan Mba Damaarti serta Chika dan Jani makan Bubur Kepiting, saying dokumentasinya tidak ada, karena Kamera saya lowbatt. Dan tiba saatnya kami pulang dengan lelah dan tersenyum-senyum sendiri.

#1Traveler1Book
Mari Berbagi Buku Cerdaskan Bangsa dengan membawa minimal 1 (satu) buah buku, kemudian bagikan kepada anak-anak usia sekolah (5-15 tahun) di destinasi trip ini. Foto anak-anak itu dengan bukunya, lalu share foto tersebut ke Twitter, Facebook dan akun media sosial lainnnya yang kamu miliki dengan hashtag #1Traveler1Book.