TripTrus.Com - Kota Tegal merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah keseluruhan 39,5 km2 dan terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 Desa. Kota Tegal merupakan sebuah Kota Tua yang berusia lebih dari 4 abad. Wilayah yang kaya akan jejak sejarah, terlihat dari berbagai bangunan legendaris peninggalan masa lampau yang menandakan Kota Tegal sudah berkembang sejak jaman dulu.
Secara historis menjelaskan bahwa Kota Tegal sejak Zaman Belanda dikenal sebagai pusat perdagangan era kolonial. Secara letak yang strategis, tahun 1927 Kota Tegal menjadi Ibukota Keresidenan terdiri dari daerah Tegal, Pemalang, dan Brebes.
Jadi tidak hanya Jakarta yang memiliki Kota Tua, Kota Tegal juga memiliki Kota Tuanya tersendiri dan teramat sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke sana. Berikut ini merupakan bangunan-bangunan bersejarah dan menjadi cagar budaya Kota Tegal yang wajib dikunjungi
1. Dansional
(Sumber foto: achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id)
Dansional Tegal yang terletak di Jalan Proklamasi, dibangun tahun 1914. Bangunan ini dulunya adalah Nederlandsch-Indisch Handelsbank yang sekarang digunakan oleh TNI sebagai markas besar di Tegal. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tegal menjadi lokasi didirikannya Badan Keamanan Rakyat – Laut (BKR Laut) yang merupakan cikal bakal dari pembentukan TNI Angkatan Laut saat ini.
2. Pasar Pagi
(Sumber foto: panoramio.com)
Pasar Pagi Tegal berdiri dibekas Benteng Kaloran. Bentuk benteng yang terbuat dari batu bata tebal dengan pilar-pilar berbentuk benteng berdiameter panjang 6 meter lebar 6 meter dan tinggi 3,5 meter. Meskipun telah banyak perubahan dikarenakan renovasi sana-sini, Pasar Pagi Tegal tidak menghilangkan jejak sejarahnya sebagai sebuah benteng.
3. Waterleideng
(Sumber foto: traveluxion.web.id)
Pada jaman Belanda di tahun 1917, Tower Woterleideng Bedrif of Province Maden Java (Watertoren) dibangun guna untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Tegal. Pada era tahun 60-an, sirine bagian atas menara difungsikan sebagai sirine tanda buka puasa dan tanda imsak. Bangunan ini sekarang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
4. Gedung DPRD
(Sumber foto: simpanglima.wordpress.com)
Bangunan peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1750an oleh Mathijs Willem de Man (1720-1763) semula menjadi rumah pribadi Residen Tegal. Fungsi bangunan ini berubah menjadi Balai Kota Tegal, pada tahun 1987. Dan gedung ini resmi menjadi kantor DPR Tegal setelah Balaikota Tegal pindah dari Jl. Pemuda ke Jl. Kigede Sebayu.
5. Kantor Pos Besar
(Sumber foto: metropolispos.wordpress.com)
Diperkirakan Kantor Pos Besar Tegal dibangun sekitar tahun 1930an yang digunakan untuk Markas Angkatan Laut. Kemudian diserahkan kepada PTT (Posts Telegraafend Telefoon Diensts) pada tahun 1954 dan pada tahun 1961 PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi.
6. Stasiun Kereta Api
(Sumber foto: panoramio.com)
Perusahaan trem Belanda JSM (Java Spoorweg Maatschappij) membangun Stasiun Kereta Api Tegal apda tahun 1885. Kemudian pada tahun 1897 Stasiun Kereta Api Tegal dibeli oleh maskapai perkeretaapian SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij. Sebagian bangunannya pada tahun 1918 direnovasi dengan karya arsitek Henri Maclaine Pont.
7. Pendopo Balaikota
(Sumber foto: artonortega74.blogspot.co.id)
Pendopo Balaikota Tegal (Pendopo Ki Gede Sabayu) berdiri tahun 1825, yang sebelumnya berada di Kompleks Kaloran. Pada masa awal Kemerdekaan Gedung ini digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal. Pada Masa pimpinan Sjamsuri Mastur Gedung ini di tempati Pemerintah Kota Tegal.
8. Gedung Birao (SCS)
(Sumber foto: achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id)
Gedung Birao atau pada masa Belanda Gedung SCS (Samarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij) dibangun Belanda pada tahun 1913. Dengan konsep arsitektur eropa pada Negara jajahan (Euroeesche Stoomtram Maatschappij). Pada tahun 1980 bekas gedung SCS di Jl. Pancasila No 2 sempat digunakan sebagai Kampus UPS (Universitas Panca Sakti)
9. Masjid Agung Kota Tegal
(Sumber foto: artonortega74.blogspot.co.id)
Berdasarkan cerita, pembangunan Masjid Agung Kota Tegal berbarengan dengan pembangunan Pendopo Balaikota pada tahun 1825. Meskipun pada akhirnya pembangunan Masjid Agung Kota Tegal dilakukan secara bertahap. Berdiri di atas tanah wakaf pemberian seorang Penghulu I di Tegal bernama Kiai Abdul Aziz yang dikenal juga sebagai seorang mubaligh
10. Kelenteng Tek Hay Kiong
(Sumber foto: ditegal.com)
Kelenteng Tek Hay Kiong didirikan pada tahun tahun ke 17 pemerintahan Kaisar Dao Guang dari Dinasti QING (1837 M) oleh Kapiten Tan Koen Hway (Chen Kun Huai) bersama rekan-rekannya serta masyarakat Tegal. Berdasarkan prasasti yang ada, pembangunan Kelenteng Tek Hay Kiong ini dianggap sebagai restorasi yang pertama. Yang kemudian disusul oleh restorasi kedua pada dilaksanakan pada tahun 1897, ketiga tahun 1957 dan restorasi keempat dilaksanakan pada tahun 1982.
11. Bioskop Dewa dan Bioskop Dewi
(Sumber foto: artonortega74.blogspot.co.id)
Bioskop Dewa (Rex) dan Bioskop Dewi (Roxy) merupakan bioskop pertama yang hadir di Kota Tegal. Bioskop Dewa dibangun di sebelah selatan alun-alun Kota Tegal sedangkan Bioskop Dewi dibangun di sebelah utara alun-alun. Tidak ada catatan yang jelas, di antara kedua bioskop tersebut siapa yang paling duluan beroperasi. Namun diperkirakan kedua bioskop tersebut sudah berdiri sejak tahun 1930an. (Sumber: Artikel @Amieykha Foto wovgo.com)
...moreTripTrus.Com - Kota Kudus, dikenal sebagai kota yang mempunyai banyak tempat bersejarah. Karna dengan adanya dua walisongo, yaitu Sunan Kudus dan Sunan Muria, serta terkenal dengan sebutan Kota Kretek dan banyaknya peninggalan saat penjajahan Belanda, Kudus banyak menyimpan sejarah di dalamnya. Berikut tempat-tempat bersejarah di Kota Kudus :
1. Menara Kudus
View this post on Instagram
Assalamualaikum calon imam
A post shared by Fadila (@fadila_wahyuni) onApr 3, 2019 at 4:26pm PDT
Sebagai salah satu tempat awal penyebaran Islam di Pulau Jawa, Kota Kudus banyak menyimpan peninggalan sejarah Islam. Salah satu yang terpenting adalah Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid tersebut telah menjadi salah satu tempat bersejarah yang penting bagi umat Islam di Jawa.
2. Gapura Masjid Menara
Selain menara, masih banyak elemen unik lainnya yang bisa ditemukan pada kompleks masjid dan makam ini. Jika ditelusuri, terdapat banyak elemen bangunan yang berulang di berbagai tempat. Itulah gerbang yang bentuknya juga menunjukkan kaitan sangat kuat dengan seni bangunan zaman pra-Islam. Gerbang-gerbang itu menandai dan memberi batas makna ruang profan dan sakral. Komposisi tata letaknya sungguh memberikan urutan sangat menarik.
3. Masjid Wali Loram
View this post on Instagram
Biar ga kaget aja sih @kiftihislami 😋😄
A post shared by Ayuuu 🎵 (@diayuu.s) onJan 19, 2018 at 3:30pm PST
Meski tak sepopuler Masjid Menara Kudus, atau Masjid Muria, namun Masjid Wali, Loram Kulon adalah salah satu masjid yang usianya cukup tua di Kudus. Masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati tersebut, konon juga didirikan pada masa wali. Kekunoan masjid ini dengan mudah terlihat dari gapura kuno yang berdiri kokoh di depan masjid. Gapura dengan nama ‘Padureksan’ ini mirip dengan candi-candi semasa Hindu-Budha dan masih terawat baik. Sebagaimana menara Kudus yang terkenal, gapura ini terbuat dari bata merah yang tersusun rapi menyerupai candi. Selain itu, beberapa pe-ninggalan kuno lain seperti mihrab, dan sumur tua tempat wudlu peninggalan wali, yang hingga kini masih dipertahankan meski sudah banyak mengalami pemugaran.
4. Masjid Wali Jepang
View this post on Instagram
Ketika kita merasa benar, orang lain belum tentu salah. . . . . . . . #outdoors #outdoorphotography #outdoorphotoshoot #landscape #phonephotography #zenfonephoto #zenfonephotography_indonesia #sengajaphoto #masjidwali #sekitarkudus #kudushits #kuduskotakretek #explorekudus #kudusexplore #jelajahkudus #masjidwalijepang #landscapephotography #bluesky #buildings #architecture #culture #aculturation #kudustoday
A post shared by Erika Sulistya Nugraha (@ernugraha) onNov 26, 2018 at 7:00pm PST
Masjid Wali Jepang Kudus yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-16 itu konon dibangun Arya Penangsang dengan bantuan Sunan Kudus. Masjid digunakan sebagai tempat istirahat dan salat setelah ia menempuh perjalanan dari Jipang di daerah Cepu, Blora, sebelum menghadap Sunan Kudus.
5. Langgar Bubrah
View this post on Instagram
...LANGGAR BUBRAH-salah satu situs peninggalan sejarah penyebaran Islam di Nusantara oleh Walisongo dhi oleh Sunan Kudus - banyak mitos didalamnya - berada sekitar 100 m dari Komplek Masjid Menara Kudus... #langgarbubrah #menara #menarakudus #kudus #indonesia #jawatengah #instaphoto #instahistory #gowes #sepeda #sepedaan
A post shared by Bambang Soetono (@bambangsoetono) onJul 4, 2017 at 11:25pm PDT
Dikisahkan bahwa Langgar Bubrah ini dibangun pada abad XV sekitar tahun 953 H/1533 M oleh Pangeran Pontjowati dari Majapahit. Pangeran Pontjowati pada zaman dahulu diberi sebuah tanah perdikan di area Kota Kudus oleh Majapahit. Kemudian beliau membangun sebuah tempat ibadah yang dahulu dikenal dengan sebutan Bancik-an atau tempat pemujaan pada masa kejayaan Hindu di Kudus. Tempat tersebut adalah Langgar Bubrah. Pada masa kejayaan Hindu, bangunan Langgar Bubrah digunakan sebagai tempat pemujaan atau beribadah bagi umat Hindu. Setelah masuknya Islam ke Kudus yang dibawa oleh Sunan Kudus dan masyarakat sudah memeluk agama Islam, kemudian tempat itu dijadikan sebagai tempat pertemuan para Wali.
6. Masjid Baitul Aziz
Desa Hadiwarno memiliki cagar budaya berupa masjid peninggalan wali yaitu Masjid Baitul Aziz. Masjid tersebut dibangun pada abad ke-16 M zaman wali, terbuat dari batu bata merah kuno dengan luas bangunannya yaitu 150m persegi. Masjid ini termasuk peninggalan masa sunan Kudus ketika beliau sedang berada di Kudus.
7. Rumah Kembar 3 Bal
Kota Kudus menjadi penting dalam dunia kretek karena seorang Nitisemito. Nitisemito adalah pribumi terkaya di Indonesia. Pengusaha rokok paling sukses di Hindia Belanda yang hampir menguasai seluruh distribusi rokok di Hindia Belanda bahkan menyeberang sampai ke negeri Belanda. Dinamakan Rumah Kembar karena Nitisemito membangunkan rumah untuk anaknya, yang terletak di sebelah Barat dan Timur sungai Kaligelis.
[Baca juga : "Mengunjungi Situs Arca Domas Cibalay"]
8. Waduk Lawang Songo
View this post on Instagram
Dulu beberapa orang selalu bilang foto backlight itu kurang oke. Tetapi entahlah, saya malah menikmati foto dengan teknik melawan matahari seperti ini. Walau sederhana, namun begitu nyaman di mata. . . Bagiku, foto melawan matahari adalah tentang bagaimana kamera mampu menghadirkan nuansa berbeda akan tempat yang kita tuju. . . Namanya Waduk Gembong. Sebuah tempat yang menurutku cukup bagus bila digarap serius oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pati. Bukan hanya sebuah tempat berkumpul anak muda yang dimabuk asmara, namun tempat antar pemuda berbagi karya. Bertukar cerita. . . Dari saya yang jauh, dan rindu akan kata pulang untuk mencium tangan Ibu dan Bapak di rumah. Kenangan tentang sudut-sudut kota selalu menyenangkan untuk diceritakan. . . #geonusantara #instanusantara
A post shared by Not Lost Just undiscovered (@bukanrastaman) onNov 24, 2018 at 3:08pm PST
Waduk Lawang Songo ini terletak di Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Kalirejo Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus dan berbatasan dengan Desa Wilalung Kecamatan Gajah Kabupaten Demak.
Bangunan peninggalan Belanda ini di bangun sekitar tahun 1908-1916 dan mulai dioperasikan sekitar tahun 1918. Bangunan ini mempunyai fungsi utama sebagai pengatur irigasi pertanian dan pembagi pintu banjir di wilayah sekitar undaan Kudus. Bangunan ini merupakan pembagi pintu banjir yang bertujuan melindungi daerah Demak, Kudus dan Grobogan dari Banjir.
9. Tugu Identitas
View this post on Instagram
Kelihatan gagah dr bawah. Tapi dari samping tenggelam dg bangunan sekitar, Hypermart. Seolah Tugu Identitas Kudus dan tamannya menjadi taman Hypermart Kudus. #tuguidentitas #tuguidentitaskudus #taman #hypermartkudus #architecture #cloudy #day #panoramic #unsquared
A post shared by ulin.arjunanuha (@ulin.arjunanuha) onMar 12, 2019 at 8:45pm PDT
Bangunan tugu ini dibangun di lokasi sejarah yang menjadi saksi perjuangan para pahlawan Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan. Tugu ini dibangun pada tanggal 25 Mei 1986 dan diresmikan pada tanggal 28 September 1987. Pada dasarnya, Tugu Identitas Kudus ini merupakan stabilisasi dari menara Kudus yang sudah menjadi ciri khas dari Kabupaten Kudus. Bangunan ini memiliki berbagai makna, seperti pada ketinggiannya yaitu 27 meter yang memiliki makna dari angka 2 dan 7 yang apabila dijumlahkan akan berjumlah 9 yaitu bermakna adanya Walisongo. (Sumber: Artikel isknews.com Foto id.wikipedia.org)
...moreTripTrus.Com - Bro sis traveler, lo tau gak sih kalau sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacain, ada drama sejarah yang seru banget kayak film action tapi versi nyata? Nah, gue ajak lo buat ikutin jejaknya langsung dari Karawang sampe Jakarta. Kita bakal mulai dari Rumah Rengasdengklok, lanjut ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan finish di Tugu Proklamasi—persis kayak alur sejarah aslinya. Perjalanannya gak cuma bikin lo lebih ngerti perjuangan, tapi juga ngasih vibes heroik yang gak bakal lo dapet di tempat lain. Yuk, siapin mental, ini trip sejarah yang bikin lo makin respect sama para pejuang!
1. Rumah Rengasdengklok
View this post on Instagram
A post shared by @my_ate
Oke, kita mulai dari sini bro sis! Tahun 1945, para pemuda kayak Wikana dan kawan-kawan punya misi penting—“menculik” Bung Karno dan Bung Hatta ke rumah milik Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok. Tujuannya? Biar mereka cepet ngumumin kemerdekaan tanpa pengaruh Jepang. Rumahnya sederhana banget, tapi lo bakal ngerasain aura tegang dan deg-degan kayak lagi nonton adegan klimaks film sejarah. Spot ini cocok banget buat lo yang mau foto sambil ngebayangin momen heroik sebelum bangsa ini resmi merdeka.
2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Abis dari Rengasdengklok, kita lanjut ke Jakarta ke bekas rumah Laksamana Maeda. Nah bro sis, di sinilah para tokoh kayak Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo ngerumuskan teks proklamasi tengah malam. Bayangin aja, mereka kerja dikejar waktu sambil mikirin kata demi kata yang bakal mengubah nasib satu bangsa. Interiornya masih mempertahankan nuansa aslinya, jadi lo bener-bener bisa kebawa suasananya. Spot ini gak cuma bersejarah, tapi juga fotogenik banget buat lo yang suka ambience vintage.
[Baca juga : "Agustus Full Vibes: Festival Lokal Gak Main-Main, Bro-Sis Traveler Wajib Cek!"]
3. Tugu Proklamasi
Nah, ini dia titik klimaksnya bro sis! Di lapangan Pegangsaan Timur 56, Bung Karno ngebacain teks proklamasi di depan rakyat. Sekarang lokasinya udah jadi Tugu Proklamasi yang megah, lengkap dengan patung Soekarno–Hatta, Tugu Petir, dan Tugu Wanita. Berdiri di sini tuh bikin lo merinding, ngerasain momen bersejarah itu kayak bener-bener lagi terjadi. Foto di sini sambil kasih caption nasionalis? Auto keren dan penuh makna, cuy!
Nah bro sis traveler, itu tadi perjalanan sejarah dari Rengasdengklok sampe Tugu Proklamasi—napak tilas perjuangan yang jaraknya emang cuma puluhan kilometer, tapi nilai sejarahnya gak ternilai. Dari suasana tegang di rumah kecil, obrolan serius tengah malam di rumah Maeda, sampe teriakan kemerdekaan di Pegangsaan Timur—semuanya ngebentuk satu cerita yang bikin lo sadar kalau kemerdekaan itu hasil perjuangan dan keberanian nyata. Jadi, kalau mau liburan yang bikin bangga sekaligus nambah wawasan, cobain deh trip sejarah ini. Gaskeun, bro sis! (Sumber Foto @digitamagabumon)
...moreManokwari adalah ibukota Propinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung pulau Papua. Kota ini memiliki banyak sekali wisata menarik, terutama yang berhubungan dengan laut, karena memang Manokwari berhadapan langsung dengan samudera Pasifik. Wisata pantai, kepulauan, bahkan kuliner menjadi unggulan di Manokwari. Tidak hanya itu, berbagai tradisi dan kesenian pun merekah indah membawa kecantikan Papua ke tahap selanjutnya. Banyak sekali tradisi yang masih belum tergali sepenuhnya di Manokwari. Salah satunya adalah tradisi yang dimiliki masyarakat di sekitar pantai Bakaro, sekitar 5 kilometer ke arah barat kota Manokwari. Tradisi unik tersebut adalah prosesi pemanggilan ikan dari lautan lepas menuju bibir pantai. Langka dan sangat menarik, mengingat ikan yang dipanggil adalah ikan yang berasal dari lautan lepas dan bukan ikan peliharaan. Dikatakan tradisi karena keunikan ini sudah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh masyarakat Desa Bakaro hingga saat ini. Awalnya, pemanggilan ikan ini hanyalah sebuah kebiasaan warga desa yang begitu mencintai alamnya. Mereka beranggapan bahwa ikan-ikan di lautan yang begitu indah adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan harus dipelihara oleh manusia. Sebagai bagian dari tugas yang diberikan Tuhan untuk manusia, warga Bakaro percaya bahwa pemberian makanan adalah salah satu cara untuk mewujudkan tugas tersebut. Oleh karena itu, sebelum diberi makan, ikan-ikan di laut lepas perlu dipanggil layaknya ikan peliharaan di kolam atau penangkaran. Prosesi yang dilakukan untuk memanggil ikan ini diawali dengan tiupan peluit yang menjadi semacam kode bagi ikan-ikan di laut lepas untuk mendekat. Memang agak sulit mempercayai ikan akan mendengar kode ini, namun pada kenyataannya ketika peluit mulai ditiup ikan-ikan pun berdatangan. Setelah itu, seorang pawang ikan yang sudah mewarisi kemampuan berkomunikasi dengan ikan-ikan akan menepuk permukaan air sebagai penanda tempat ia akan memberikan makanan ikan-ikan tersebut. Makanan yang digunakan adalah sarang rayap yang sangat banyak terdapat di hutan sekitar Desa Bakaro. Menurut warga setempat, ikan-ikan di wilayah perairan Bakaro sangat menyukai makan ini dan mereka secara alami sudah tahu bahwa warga Bakaro senang memberi makanan. Sarang sayap ini dihancurkan dan dipecah-pecah, lalu disebar begitu saja ke wilayah perairan yang menjadi tempat pemanggilan ikan. Ikan yang umumnya ikan-ikan kecil pun akan berdatangan dan menghiasi beningnya air laut di Pantai Bakaro. Kini, pemanggilan ikan bukan lagi sekedar menjadi tradisi bagi warga Desa Bakaro. Kini, tradisi ini sudah menjadi salah satu atraksi pariwisata yang begitu menarik untuk disaksikan. Bahkan, atraksi ini mampu memberikan penghasilan tambahan bagi warga Bakaro, terutama keluarga yang masih mewariskan kemampuan untuk memanggil ikan ini ke tradisi selanjutnya. Biasanya, pemanggilan ikan dilakukan dua kali sehari yaitu saat pagi hari dan menjelang sore pada saat air mulai pasang kembali. Hal ini sudah dilakukan sejak lama, bahkan ikan-ikan di sekitar pantai pun seolah tahu kapan saja waktu pemanggilan ikan ini. Pantai yang berkarang-karang begitu indah memanjakan mata yang memandangnya. Bakaro memberikan pesonanya bahkan pada saat air pasang dan surut. Keramahan warganya tidak pelu dipertanyakan, selain ramah mereka juga terampil dalam menjaga tradisi mereka. Atraksi pemanggilan ikan yang sangat unik dan langka sudah menjadi sebuah bukti, bagaimana warga Bakaro begitu mencintai alam dan berusaha merawatnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sumber:http://www.indonesiakaya.com
...moreTripTrus.Com - Pertempuran Serpong yang terjadi pada 26 Mei 1946 merupakan pertempuran rakyat paling heroik pada class I di daerah sekitar Jakarta. Pasalnya, inilah pertempuran laskar rakyat dengan modal semangat yang memakan waktu panjang. Dan korban dari kedua belah pihak yang cukup panjang.
Pertempuran bermula dari informasi yang diterima laskar rakyat, bahwa Belanda telah mendarat dan mengusai daerah Serpong . Sekitar 300 tentara Belanda sudah menempati pos –pos strategis. Salah satunya, mendirikan pos komando di pertigaan Cilenggang - Cisauk.
Mendengar Belanda yang mengedepankan tentara KNIL-nya sudah menduduki Serpong 23 Mei 1946 pasukan laskar dari Desa Sampeureun, Kecamatan Maja berangkat dengan jalan kaki menuju Serpong.
TMP Seribu Serpong, tempat peristirahatan 238 pejuang yang tewas saat melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang, tepatnya pada 25 Januari 1946. . . . . . #cagarbudaya #situssejarah #monumen #tamanmakampahlawan #TMPseribu #serpong #daanmogot #pahlawan #indonesia #exploretangsel #tangsel
A post shared by Glorio Makaminan (@gloriogm) onJan 21, 2017 at 7:22pm PST
Pasukan berkekuatan 400 orang dibawah pimpinan KH Ibrahim ini sesampai di Tenjo pasukan bergabung dengan pasukan laskar dari Tenjo yang dipimpin oleh KH Harun, seorang ulama yang terkenal sebagai Abuya Tenjo. Laskar Tenjo berjumlah sekitar 290 orang. Alhasil, dengan bergabung lascar Tenjo, semangat pun makin berkobar. 25 Mei 1946 kedua pasukan tersebut dengan menggunakan senjata tajam terus berjalan kaki menuju Parung Panjang, daerah yang terletak di sebelah barat Serpong.
Disepanjang perjalanan menuju sasaran pasukan bertambah terus , di antaranya bergabung pasukan laskar dari Kampung Sengkol yang dipimpin Jaro Tiking. Dan bergabung pula pasukan dari Rangkasbitung pimpinan Mama Hasyim dan Pasukan Laskar pimpinan Nafsirin Hadi dan E.Mohammad Mansyur.
[Baca juga : Candi Jiwa, Wisata Purbakala Di Pesisir Karawang]
Pada 25 Mei 1946 malam, para pimpinan pasukan berunding di daerah Cisauk dan diteruskan di Cilenggang untuk mengatur siasat pertempuran. Esoknya, 26 Mei 1946 sekitar jam 08. 30 Serpong di serang.
Pasukan Pimpinan KH Harun menyerang dari belakang sedangkan Pasukan Pimpinan KH Ibrahim, pasukan pimpinan Mama Hasyim dan pasukan pimpinan E.Mohammad Masyur menyerang dari depan dengan melalui jalan raya Serpong.
Dalam gerakan menuju sasaran pasukan mengumandangkan takbir “Allahu Akbar”. Pasukan laskar rakyat maju terus dengan mengumandakan takbir dan Pasukan Belanda gencar menembaknya sehingga korban berjatuhan. Suara Takbir lambat terus berkumandang. Pertempuran berlangsung seru. Banyak anggota lascar yang berhasil merebut senjata Belanda. Dan Senjata tersebut lalu ditembakan ke mereka. Banyak pasukan Belanda yang mati. Pertempuran yang berlangsung hingga pukul 20.00 WIB itu membuat sekitar 238 laskar gugur, termasuk KH Ibrahim dan Jaro Tiking. Sementara pihak Belanda sekitar 102 orang tewas.
Selamat Hari Pahlawan #haripahlawan #pahlawan #tamanmakampahlawan #tmpseribu #serpong #tangerang
A post shared by Ibank Muhammad (@ibank_ant) onNov 9, 2017 at 4:36pm PST
Setelah pertempuran yang sengit, pihak laskar pun berunding dengan pihak Belanda untuk menguburkan jenazah rekan mereka . Kesepatan terjadi. Hanya saja, Belanda hanya mengizinkan empat orang yang bertugas menguburkan. Tak heran jika mereka dimakakam ditumpuk dalam dua lubang . Makam mereka terletak tak jauh dari pertigaan Cilenggang – Cisauk, Kelurahan Cilenggang, Serpong.
Namun karena perkembangan zaman, makan mereka dipindahkan di Jalan Raya Puspiptek. Mereka dikuburkan satu kubur satu jenazah. Dan tempat pemakaman tersebut diberi nama Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu. Letaknya di jalan Raya Pahlawan Seribu , Kecamatan Setu, Tangsel tak jauh dari Taman Tekno di BSD City.
Meski namanya “ TMP Seribu ”, bukan berarti ada 1.000 makam pahlawan yang ada di TMP yang memiliki luas 9.835 meter persegi ini. Tapi hanya ada 238 makam pahlawan yang ada di sini, ditambah dua makam lagi, sehingga total semuanya adalah 240 makam. Dengan rincian 151 makam dengan nama. 87 pahlawan tanpa nama. Dengan tambahan enam makam baru. (Sumber: Artikel cipasera.com, Foto vakansinesia.com)
...moreTripTrus.Com - Kalau lo belum tahu, di Kanekes, Lebak, Banten, ada suku asli Indonesia yang masih ngejaga tradisi dan budaya super ketat: Suku Baduy. Mereka hidup serasi banget sama alam, jadi gak heran deh kalau gaya hidup mereka beda dari kebanyakan orang luar. Nah, biar gak salah kaprah pas main ke sana, lo wajib paham dulu tentang kebiasaan unik mereka!
View this post on Instagram
A post shared by Ethnic Vibes (@ethnicvibes.id)
Sebelum nginjekin kaki di sana, yang harus lo tau pertama adalah: Suku Baduy ini terbagi dua, ada Baduy Luar sama Baduy Dalam. Banyak yang kira dua-duanya sama aja, padahal beda banget, bro! Baduy Luar lebih "gaul", mereka udah kenal sama hal-hal dari luar kayak sekolah, sosialisasi sama pendatang, bahkan menerima turis. Sementara, Baduy Dalam itu jauh lebih tertutup dan ketat ngikutin aturan leluhur mereka yang udah turun-temurun.
Kalau lo mau lihat Baduy Dalam, siap-siap trekking sekitar 12 km dari Baduy Luar, ngelewatin kebun, sungai, bahkan ada Jembatan Akar yang keren banget karena dibuat dari akar pohon sekitar sungai, plus bambu di bawahnya. Bener-bener natural dan mereka gak pake teknologi buat bikin semua itu!
[Baca juga : "Jalan Santuy Keliling Museum Di Kota Tua, Gak Butuh Ongkos Tapi Tetap Seru!"]
Di Baduy Dalam, teknologi dilarang keras, bro. Jadi gak ada tuh HP, radio, speaker, atau gadget lainnya. Mereka cuma komunikasi pake Bahasa Sunda dan aksara Hanacaraka. Yang menarik, dari cara berpakaian pun kelihatan bedanya: Baduy Dalam wajib pake baju putih atau biru tanpa kancing atau kerah, dan gak boleh pake alas kaki. Baduy Luar biasanya pake baju hitam atau biru tua.
Walaupun wisata ke desa Baduy diizinin, gak semua tempat bisa sembarang dimasukin. Ada area khusus yang cuma buat masyarakat Baduy aja. Plus, ada larangan buat teknologi, kayak HP, kamera, dan sejenisnya. Lo bahkan gak boleh sembarangan motret di sana tanpa izin, karena mereka punya kepercayaan soal menolak teknologi demi ngejaga keseimbangan alam.
Suku Baduy juga anti banget sama produk kimia. Jadi gak ada tuh sabun, pasta gigi, atau detergen. Intinya, kalo ke sana, lo harus ikut adat mereka, jaga kebersihan, bawa pulang sampah plastik, dan jangan sembarangan nebang pohon atau mencabut tanaman.
Itu dia, sedikit gambaran soal Suku Baduy dan aturan-aturannya. Jadi, udah siap berpetualang sambil ngehormatin kearifan lokal yang bikin mereka bertahan sampe sekarang? (Sumber Foto @world_traveler29)
...moreTRIPTRUS - Tanaman bambu yang serba bisa dikenal di hampir seluruh negara Asia dan Amerika Selatan sebagai tanaman yang batangnya punya banyak kegunaan. Mulai dari menjadi bahan baku pembuatan rumah, rakit, tangga, dan lain-lainnya. Tapi di Maluku, bambu juga digunakan sebagai permainan mistis yang seru. Permainan "Bambu Gila", atau Buluh Gila atau Bara Suwen adalah permainan yang membuat para pemainnya menyentuh dunia supranatural.Untuk memainkan bambu gila, diperlukan sebatang bambu berdiameter 8 cm atau lebih dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dengan jumlah ruas yang ganjil. Para pemain yang memegang bambu biasanya berjumlah tujuh orang ditambah satu orang pawang yang membacakan mantra sambil menghembuskan asap kemenyan ke bambu. Kemenyan dibakar di dalam sebuah wadah tempurung kelapa yang dipegang oleh sang pawang. Sambil mengucapkan mantra dalam bahasa tanah (salah satu bahasa tradisional Maluku), asap kemenyan perlahan-lahan dihembuskan. Kemenyan dan mantra digunakan untuk memanggil roh leluhur yang akan memberikan kekuatan mistis pada bambu. Bambu yang dipeluk oleh para pemain bambu pada awalnya memang terasa tidak terlalu berat, tapi lama-kelamaan bambu mulai bergerak seakan ingin lepas dari pelukan para pemainnya. Permainan pun dimulai ketika pawang yang berkomat-kamit membaca mantra meneriakkan, "Gila, gila, gila!" Bambu mulai meronta seakan memiliki jiwa sendiri. Ketujuh pemain yang memegang bambu harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan bambu. Bambu "hidup" itu bergerak mengikuti asap kemenyan dari tempurung yang dipegang pawang. Ke mana asap bergerak, bambu akan mengikuti asap tersebut dan para pemain harus berjuang untuk menahan bambu agar tidak lepas dari dekapan mereka. Ditambah pula alunan irama musik yang mengiringi seolah menambah gilanya bambu yang dipegang para pemain. Bambu gila akan diakhiri apabila ada pemain yang jatuh pingsan saat memegang bambu atau tempurung yang dipegang pawang dijatuhkan terbalik di tanah. Tetapi gerakan mistis bambu baru akan benar-benar hilang setelah pawang memberi makan berupa api dari kertas yang dibakar sambil membacakan mantra.Tidak sembarang bambu yang bisa digunakan untuk bambu gila. Bambu harus merupakan bambu lokal daerah tersebut. Selain itu, bambu harus terlebih dahulu dipilih serta dipotong dengan menggunakan ritual tertentu. Pawang bambu gila juga harus meminta izin para roh yang menghuni hutan bambu. Selanjutnya, bambu dibersihkan dan dicuci dengan ramuan minyak khusus dan dihias dengan kain pada tiap ujungnya.Permainan tarian bambu gila diperkirakan sudah dimulai sebelum masa masuknya agama Islam dan Kristen di Kepulauan Maluku. Kini, tarian bambu gila dilakukan pada saat perayaan-perayaan tertentu saja. Tertarik melakukannya?
Photos courtesy of: Indonesia Travel, Wikipedia
...moreTripTrus.Com - Di Aceh daerah yang berjuluk “Serambi Mekah” ini , ternyata ada juga kampung Pecinan. Ini menunjukan kalau masyarakat Aceh juga toleran. Kampung Cina alias Pecinan di Aceh terdapat di kawasan Peunayong.
Begitu memasuki jalan Panglima Polem, kita akan menemukan Vihara Dharma Bhakti, tengara tempat ibadah warga etnis Tionghoa.
View this post on Instagram
Cliché
A post shared by Rei (@rraishagebrina) onMar 24, 2018 at 11:04pm PDT
Di kawasan yang terletak di pinggir Krueng, Aceh, hidup beragam etnis dengan berbagai agama dan kepercayaan. Di Peunayong, selain Vihara Dharma Bhakti, juga ada Vihara Buddha Sakyamuni, Vihara Maitri, dan Vihara Dewi Samudera.
[Baca juga : "Mirip Gunung Fuji, Waduk Embung Kledung Tereksotis Di Temanggung"]
Ketiga vihara ini berdampingan dengan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat. Di dekatnya lagi ada Gereja Methodist. Lalu, tak jauh dari situ, di ujung Jalan Panglima Polem, berdiri megah sebuah masjid. "Toleransi dalam ibadah di Peunayong ini sangat baik. Satu sama lain saling menghargai,” ujar Kho Khie Siong, salah satu tokoh Tionghoa, beberapa waktu lalu.
Konon, menurut sejarah hubungan antara Aceh dan Cina sudah terjalin sejak abad ke-17 Masehi. Para pedagang Cina datang silih berganti ke Aceh. ”Mereka tinggal di perkampungan Cina dekat pelabuhan,” papar Kho Khie Siong.
Kawasan ini, lanjutnya, dikenal dengan nama Peunayong. Kata Peunayong sendiri berarti memayungi atau melindungi. Dalam sejarah disebutkan, di kawasan inilah penguasa Aceh Sultan Iskandar Muda memberikan perlindungan dan menjamu tamu kerajaan yang datang darei Eropa dan Cina.
Warga Cina yang tinggal di Banda Aceh merupakan generasi ke-4 atau ke-5. Merupakan suku Khek, yang berasal dari Provinsi Kwantung, Cina. Mereka belum bercampur dengan suku Kong Hu Cu, Hai Nan, dan HokKian.
"Warga Cina paling banyak tinggal di Peunayong," pungkas pria yang akrab disapa Aky ini. (Sumber: Artikel hindochinatown.com Foto tribunnews.com)
...moreTripTrus.Com - Lembah Anai merupakan air terjun dan salah satu destinasi wisata di Sumatera Barat. Dengan ketinggian sekitar 35 meter ini biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan nama Aia Tajun atau Aia Mancua. Sumber air Lembah Anah berasal dari aliran Sungai Batang Lurah Dalam dari Gunung Singgalang. Lembah Anai juga berada dalam kawasan Cagar Alam Lembah Anai bagian barat, yang termasuk sebagai salah satu wilayah hutan lindung di Sumatera Barat.
Lembah Anai Waterfall #padang #waterfall #asusid #zenfonezooms_id #lembahanai
A post shared by MM Photography (@mas_emem) onDec 5, 2017 at 10:10pm PST
Lokasinya pun sangat strategis, dikarenakan Lembah Anai terletak tepat di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Bukittinggi, tepatnya di Nagari Singgalang, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar atau 60km dari Kota Padang.
There is waterfall was located in a valley on Tanah Datar regency, Padang, called Anai Valley or “Lembah Anai”, which was why the waterfall was called Lembah Anai Waterfall. www.butiktrip.com +6281213144604 butiktripinfo@gmail.com #tourprogram #travelagent #travelagents #travel #travelgram #touritinerary #wonderfulindonesia #traveller #travelling #tourpackage #gotouring #travelgrams #culturetrip #aseantourism #japantourist #japanesetraveler #singaporetour #singaporetraveler #singaporetravelagent #europeantraveler #butiktrip
A post shared by BUTIKTRIP (@butiktrip) onNov 16, 2017 at 3:05pm PST
Tidak jauh dari Lembah Anai terdapat jembatan kereta api peninggalan zaman Belanda. Bisa dibilang lokasi ini merupakan lokasi terbaik untuk menikmati kesejukan pesona Lembah Anai. Disarankan bagi para wisatawan untuk tidak berkunjung pada periode penghujan, dikarenakan volume air Lembah Anai akan meningkat dan sangat berbahaya untuk dikunjungi.
Jadi bagi kalian yang sedang berkunjung ke Kota Padang atau Bukittinggi, tidak ada salahnya untuk singgah sebentar menikmati kesejukan salah satu destinasi wisata Sumatera Barat ini! (Sumber: Artikel/Foto @Amieykha)
...more