Ada sebuah desa yang termasuk paling tua di kabupaten Banjar. Zaman dahulu di desa ini terdapat pelabuhan yang besar sehingga banyak kapal besar yang dapat berlabuh. Banyak pedagang – pedagang luar yang menjual barangnya di pelabuhan ini. Tetapi ada juga para saudagar yang membeli barang-barang yang dihasilkan oleh desa. Sehingga desa ini sangat ramai dikunjungi oleh orang.
Pada suatu hari datanglah 2 (dua) orang bersaudara dari Tiongkok yang berdagang dan menetap di desa. Salah satu saudagar kaya ini memiliki anak perempuan yang sangat cantik parasnya sehingga menjadi kembang di desanya.
Namun anak saudagar ini pekerjaanya sehari-hari hanya berdandan dan bersolek saja sehingga menjengkelkan kedua hati orang tuanya.
Suatu hari sang ayah tidak tahan lagi melihat perilaku anaknya yang suka bermalas-malasan. Akhirnya keluarlah kata-kata kutukan sehingga anaknya berubah menjadi kera. Yang pada akhirnya menjadi legenda rakyat yaitu legenda telaga puteri.
Setelah saudagar ini menetap lama di desa yang belum ada namanya ini, maka semakin banyak rumah-rumah yang berdiri. Saudagar kaya ini sangat terkenal sekali, tidak hanya di desa tetapi juga sampai kedaerah luar.
2 Saudagar ini mempunyai nama yang mirip. Sang kakak bernama Being Tjiow dan sang adik bernama Being Louw. Karena desa ini belum ada namanya maka ketika orang mau berkunjung kedesa ini kalau ditanya ”mau kemana ?” maka akan dijawab ”mau kedesa Bieng Tjiow. Maksudnya desa yang ditinggali oleh saudagar ini. Dan lama kelamaan akhirnya orang menyebutnya dengan ”Desa Bincau”.
Sedangkan nama adiknya menjadi nama desa yang berdampingan dengan desa Bincau yaitu desa Binglu. Yaitu berasal dari nama Being Louw.