Desa Penujak Lombok mungkin tidak begitu popular seperti desa-desa lainnya, misalnya Desa Prisanggela atau Desa Sekarbela. Namun Desa Penujak merupakan desa penghasil gerabah yang tertua di Pulau Lombok. Dan dari desa inilah kerajinan gerabah menyebar ke penjuru Pulau Lombok. Bagi masyarakat Desa Gerabah Penujak, gerabah sendiri memiliki keterkaitan budaya serta nilai folosofi tertentu.
Pengerajin Gerabah Desa Penujak, LombokMenurut sejarah, kerajinan gerabah di Pulau Lombok berawal dari sebuah Kendi yang sederhana. Ketel/kendi tersebut biasa dipakai dalam upacara Adat Urip (upacara kelahiran) dan Adat Pati (upacara kematian). Pada waktu kelahiran, kendi dipakai untuk menyimpan tali pusar. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kendi digunakan untuk memasak. Dan pada saat kematian, kendi dipakai untuk memandikan jenazah. Nilai ini yang dipegang sepagai bentuk pengingat, bahwa manusia janganlaah menjadi sombong dan congkak. Karena manusia hanyalah segumpal tanah, yang akan kembali ke tanah pula. Serta kehidupan manusia yang juga tergantung pada sebuah kendi tanah yang sederhana. Kendi inilah yang kemudian dikembangkan menjadi ratusan bentuk kerajinan gerabah.
Hampir mayoritas penduduk Desa Penujak Lombok memiliki mata pencaharian sebagai pengerajin gerabah. Pengerajin-pengerajin tersebut tersebar di 7 dusun, dengan masing-masing keahlian dan kekhasan. Dusun Andong memiliki gerabah gentong, Dusun Tongkek dan Dusun Kangi yang memproduksi gerabah tempat lilin. Dusun Mantung dan Dusun Toro dengan gerabah piringnya, dan Dusun Terandon yang memproduksi kendi. Sementara untuk finishing (tahap akhir) dipercayakan kepada Dusun Telage.