shop-triptrus

Trips n Tips

Tanah Lot

Bali

Setiap tahun, Tanah Lot dikunjungi oleh sekitar satu juta wisatawan domestik dan mancanegara. Bisa dikatakan tempat ini menjadi salah satu ikon kepariwisataan Provinsi Bali. Erosi yang disebabkan oleh air laut telah membentuk sejumlah gua di sekitarnya, yang menjadi tempat hidup ular-ular laut. Masyarakat setempat percaya kalau ular-ular itu merupakan hewan milik Dewa yang mendiami Pura Tanah Lot sehingga tidak boleh diganggu.Yang membuat tempat ini semakin indah tentu saja dengan adanya bangunan pura yang terletak di bibir pantai yang curam, bernama Pura Tanah Lot. Ketika air laut pasang, Pura Tanah Lot akan terlihat seperti daratan yang mengambang di tengah pantai. Para wisatawan baru bisa menginjakkan kaki di tempat ini saat air laut mulai surut.  Pura ini dibangun pada abad ke-15 oleh Danghyang Nirartha atau Pedanda Bawu Rawuh yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Pada masa itu Tanah Lot dikuasai oleh Bendesa Beraben yang konon iri pada kesaktian Danghyang Nirartha yang mampu merebut simpati masyarakat Bali untuk memeluk agama Hindu. Lalu, Bandesa Beraben memaksa Danghyang Nirartha untuk segera meninggalkan Tanah Lot. Namun sebelum pergi, Danghyang Nirartha menggunakan kekuatan serta kesaktiannya untuk memindahkan sebuah batu berukuran sangat besar ke tengah pantai, lalu membangun sebuah pura di atasnya. Danghyang Nirartha juga mengubah selendangnya menjadi ular yang menjadi penjaga pura.Pura Tanah Lot ini sangat disukai oleh para fotografer yang ingin mengabadikan pura dengan latar matahari terbenam. Di dekat Pura Tanah Lot yang sangat indah ini, terdapat juga pura-pura lain yang berukuran lebih kecil, seperti: Pura Pakendungan, Pura Penataran, Pura Penyawang, dan lain-lain. Area wisata Tanah Lot berada di Desa Beraban, berjarak sekitar 13 kilometer dari Tabanan, atau sekitar 22 kilometer dari Kota Denpasar. Sementara dari Bandara Ngurah Rai, lokasi ini berjarak sekitar 25 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.Tarif tiket masuk yang ditetapkan bagi wisatawan domestik yang ingin menikmati keindahan Tanah Lot adalah Rp 5.000,00 untuk anak-anak dan Rp 7.500,00 untuk orang dewasa. Sementara harga tiket masuk untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 10.000 untuk anak-anak dan orang dewasa. Dan biaya parkir kendaraan Rp 2.000,00 untuk motor, Rp 5.000,00 untuk mobil, dan Rp 10.000,00 untuk bus.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Taman Nasional Bunaken

Manado

Taman Nasional Bunaken ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebagai taman nasional pada tahun 1991. Obyek wisata ini luas sekitar 89.065 hektare, berada di wilayah Kabupaten Minahasa, Kotamadya Manado, Sulawesi Utara. Di sebelah utara taman nasional, ada pulau Bunaken, Manado Tua, Montehage, Siladen, Nain, Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sementara di bagian selatan, meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.Lokasi ini merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan atau pesisir. Pulau-pulau di dalamnya kaya akan flora dan fauna. Perairan Taman Nasional Bunaken memiliki 13 genera (genus) karang hidup yang didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Tercatat sekitar 91 jenis ikan yang hidup di perairan ini, diantaranya ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus). Di tempat wisata ini banyak kegiatan wisata bahari yang ditawarkan, seperti: diving, snorkeling, berjemur, dan berenang di laut. Di pantai Kalase, yang berada di pinggir Kota Manado, terdapat sebuah diving center bernama Dragonet yang pernah menjadi sekretariat acara Sail Bunaken yang memecahkan rekor MURI dengan lebih dari 2.000 penyelam mengikuti upacara bendera di dasar laut. Bapak James, pemilik Dragonet Diving Center, mempekerjakan instruktur selam bersertifikasi SDI (Scuba Diving International) yaitu Bapak Ferry. Dragonet menawarkan pelajaran menyelam bagi pemula, yang meliputi dasar-dasar menyelam (breathing, buoyance control, mask clearing, ear equalization) selama 15 menit, dan setelah paham akan langsung diajak menyelam selama 45 menit di kedalaman hingga 6 meter. Dengan bantuan instruktur selam yang sudah berpengalaman seperti Bapak Ferry, para pemula dijamin bisa menyelam.Selain melalui Pantai Kalase, Taman Nasional Bunaken juga dapat dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas yang memakan waktu sekitar 20 menit, dan dari Marina Blue Banter dengan waktu tempuh sekitar 10 – 15 menit menggunakan kapal pesiar. Jika berangkat dari pelabuhan Manado, bisa menggunakan perahu motor menuju pulau Siladen yang dapat ditempuh sekitar 20 menit, ke pulau Bunaken sekitar 30 menit, ke pulau Montehage sekitar 50 menit, dan ke pulau Nain sekitar 60 menit. Biaya masuk ke lokasi ini sebesar Rp 2.500 per hari untuk wisatawan domestik, dan Rp 150.000 per tahun untuk wisatawan asing.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Lawang Sewu

Semarang, Jawa Tengah

Sebuah gedung tua peninggalan kolonial Belanda terlihat berdiri tegak di jantung kota. Gelap. Kosong. Eksotis sekaligus mistis. Angker. Kesan itulah yang terpancar dari Lawang Sewu, nama bangunan tua yang berada di dekat Bundaran Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah. Bangunan ini bergaya art deco dan memiliki begitu banyak pintu yang berderet. Secara harfiah, Lawang Sewu berarti seribu pintu, meski sebenarnya jumlah pintunya tidak sebanyak itu. Bangunan ini dibangun pada tahun 1904–1907, dan awalnya dipakai sebagai kantor pusat perusahaan kereta api regional wilayah Jawa Tengah yang dikelola oleh Belanda, yaitu Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Namun setelah Jepang berkuasa di Indonesia, gedung ini pun diambil alih dan ruang bawah tanahnya dijadikan sebagai saluran pembuangan air dan juga ruang tahanan sekaligus penyiksaan.Penjara bawah tanah ini menjadi saksi atas penyiksaan dan pembantaian terhadap orang-orang Indonesia, yang dilakukan oleh tentara Jepang pada saat diberlakukannya kerja paksa atau romusha. Suasana di tempat ini membuat bulu kuduk berdiri, apalagi saat memasuki salah satu sudut ruang sempit yang berbentuk seperti kolam-kolam kecil yang dulu dijadikan tahanan. Setelah Indonesia merdeka hingga tahun 1994, tempat ini sempat berubah fungsi menjadi kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Sempat juga digunakan sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Namun setelah itu, bangunan ini dibiarkan kosong dan tidak terurus.Dulu, kesan angker dan mistis menyertai bangunan ini, tetapi setelah dipugar dan dijadikan pusat kerajinan Indonesia di Jawa Tengah, diharapkan kesan itu perlahan hilang. Semoga cagar budaya ini semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan, bukan sebagai bangunan angker, tapi karena memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Gua Cermin

Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Gua Cermin terletak di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Obyek wisata ini terletak di sebelah timur pelabuhan Labuan Bajo, berjarak sekitar empat kilometer dari pusat kota. Gua ini memiliki hutan di mana wisatawan bisa melihat kera ekor panjang dan babi hutan. Biasanya agen perjalanan menawarkan paket wisata ke Gua Cermin sebagai bagian dari program tur Kota Labuan Bajo.Gua yang ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda tersebut ternyata adalah sebuah gua yang di dalamnya terdapat sebuah batu yang apabila terkena sinar matahari akan berbentuk seperti cermin. Di samping stalagtit dan stalagmit, terdapat berbagai macam satwa seperti kelelawar, laba-laba, ular dan serangga di dalamnya.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Desa Adat Toraja Sillanan

Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Sillanan adalah nama sebuah perkampungan tradisional masyarakat Toraja. Secara administratif, perkampungan ini masuk ke wilayah Desa Sillanan, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Perkampungan yang struktur tanahnya berbatu-batu ini dihuni oleh penduduk yang bekerja sebagai petani kopi, dan terletak sekitar 35 kilometer ke arah selatan Rantepao. Di tempat ini terdapat bangunan-bangunan megalit berupa menhir maupun kubur batuyang berkaitan dengan tradisi dan upacara-upacara adat masyarakat Toraja yang hingga kini masih diselenggarakan. Dari upacara-upacara adat itu, wisatawan akan mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan peranan peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut terhadap kehidupan masyarakat setempat. Beberapa rumah tongkonan dan lumbung padi yang berusia sangat tua pun masih bisa ditemukan di sini, sementara beberapa diantaranya sudah direnovasi akibat termakan usia. Tongkonan merupakan rumah adat masyarakat Toraja. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa Toraja yaitu “tongkon” yang berarti duduk. Disebut tongkon karena memang bangunan ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan adat. Tongkonan bukanlah rumah pribadi perseorangan tetapi diwariskan secara turun temurun oleh keluarga atau marga suku Toraja. Di rumah adat inilah, keluarga Toraja biasanya berkumpul untuk berdiskusi ataupun bertukar pendapat. Tidak semua Tongkonan dapat dikunjungi, kecuali Tongkonan yang memang secara khusus dijadikan obyek wisata. Sementara Tongkonan milik keluarga Tana Toraja hanya boleh dikunjungi oleh anggota keluarga saja. Wisatawan bisa menanyakan tetua adat atau penduduk mengenai Tongkonan mana yang boleh dikunjungi. Tongkonan terbuat dari kayu dan memiliki atap yang terbuat dari daun nipa atau kelapa. Bangunan adat ini selalu dibangun menghadap ke utara, arah yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Jika dilihat dari bagian samping, bentuk atap Tongkonan akan mirip seperti tanduk kerbau. Di kehidupan masyarakat Toraja, kerbau memang dijadikan simbol status sosial. Ketika keluarga Toraja menyelenggarakan upacara adat pemakaman, mereka akan menyembelih kerbau yang jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga penyelenggara adat. Setelah disembelih, tanduk-tanduk kerbau dipasang pada Tongkonan milik mereka. Semakin banyak jumlah tanduk kerbau pada Tongkonan, berarti semakin tinggi pula status sosial pemiliknya di kalangan masyarakat Toraja. Rumah adat Toraja ini berbentuk rumah panggung, dan kolong rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Di depannya terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung terbuat dari batang pohon palem (‘bangah‘) yang licin, sehingga tikus tidak dapat memanjat masuk ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Orang Toraja menganggap tongkonan sebagai simbol ‘ibu‘, sedangkan alang sebagai ‘bapak‘. Tongkonan tidak hanya berfungsi sebagai rumah tinggal, tetapi juga sebagai tempat mengadakan kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah dan selatan. Bagian utara atau ‘tengalok’ berfungsi sebagai ruang tamu, ruang tidur anak-anak, dan juga tempat meletakkan sesaji. Bagian tengah yang disebut ‘sali‘ berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, tempat menyemayamkan orang mati, dan juga sebagai dapur. Dan bagian selatan disebut ‘sumbung‘, merupakan ruangan untuk kepala keluarga. Rumah adat Toraja memiliki beberapa ornamen ukiran khas Toraja yang terbuat dari tanah liat, biasanya menggunakan empat warna dasar yakni hitam, merah, kuning, serta putih. Bagi suku Toraja, keempat warna itu memiliki makna tersendiri. Warna hitam melambangkan kematian, kuning menjadi simbol anugerah dan kekuasaan Illahi, putih lambang warna daging dan tulang yang berarti suci, sementara merah menjadi simbol warna darah yang melambangkan kehidupan manusia. Sama halnya dengan jumlah tanduk kerbau, jumlah ornamen di dalam Tongkonan juga melambangkan tingkat kemewahan. Desa Sillanan juga menawarkan pemandangan alam yang indah dan agrowisata kopi dan sayur mayur. Sillanan dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum Makale – Mebali. Lalu perjalanan bisa dilanjutkan dengan angkutan Mebali -Sillanan, naik ojek atau berjalan kaki. Di sekitar perkampungan ini, terdapat juga pemondokan untuk wisatawan. Sementara enam kilometer dari Sillanan,ada hotel bintang tiga.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Danau Linow

Lahendong, Tomohon

Danau Linow memiliki luas sekitar 34 hektare, terletak di Kelurahan Lahendong, Tomohon. Danau berpanorama indah ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu kadar belerangnya yang tergolong tinggi. Dilihat dari berbagai sudut pandang, dan ditambah dengan pengaruh cahaya, warna airnya akan terlihat berubah-ubah. Pada siang hari, air danau akan memantulkan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Pantulan sinar matahari menimbulkan kilauan cahaya mirip lukisan pelangi di permukaan danau.Air Danau Linow merupakan air panas yang mengandung sulfur dan magnesium sulfat, yang konon dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Namun, pengunjung harus berhati-hati dengan kubangan lumpur panas mendidih yang berada di tepi danau.Sementara di sekitar danau, hidup satwa endemik berupa burung belibis dan serangga. Oleh penduduk setempat, serangga unik yang hidup di air, bersayap dan bisa terbang ini dinamakan "sayok" atau "komo".  Serangga ini juga dikonsumsi penduduk.  Burung-burung dari berbagai spesies juga membangun sarang di tepi danau, sehingga kadang-kadang kicauan burung kecil dan besar yang sedang melintasi danau. Aneka ragam tumbuh-tumbuhan juga hidup di sana. Sebuah hamparan rumput hijau di tepi danau menjadi tempat yang cocok untuk duduk-duduk sambil berteduh di bawah pohon. Hembusan angin yang sejuk akan memberikan kenikmatan.Lokasi Danau Lindow memang cukup strategis, bisa dicapai dengan menggunakan angkutan umum atau mikrolet dari terminal bus Kota Tomohon. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 700 meter menuju Danau Linow.Letak Danau Linow memang cukup strategis sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan beroda empat. Atau menggunakan angkutan umum dari terminal Kota Tomohon, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 700 meter.Tiket masuk ke danau ini sebesar Rp 25.000, dan dibuka untuk umum mulai jam 08:00 – 17:00 waktu setempat. Buat pengunjung yang ingin menginap, tersedia bungalo-bungalo yang lokasinya tidak begitu jauh dari danau.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Cunca Wulang

Manggarai Barat, Flores

Cunca Wulang merupakan salah satu obyek wisata air terjun di daerah Manggarai Barat, Flores. Kata “cunca” memang berarti air terjun. Tempat ini berjarak sekitar 30 kilometer ke arah timur Labuan Bajo, yang bisa dicapai dalam waktu sekitar satu jam perjalanan. Lokasi ini memiliki aliran air lembah sungai yang jernih, dan dikelilingi formasi batu-batuan, sehingga membuat air terjun ini menjadi seperti miniatur Grand Canyon yang terdapat di Arizona, Amerika.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Danau Dendam Tak Sudah

Bengkulu

Dari namanya, bisa diterka bahwa danau yang terletak di wilayah kecamatan Teluk Segara, Selebar, Gading Cempaka ( Kota Bengkulu ) dan Kecamatan Talang Empat ( Kabupaten Bengkulu Utara ) ini memiliki kisah tragis di baliknya. Diyakini, danau yang berada di lahan seluas 112,2 hektar ini terkait dengan legenda sepasang muda mudi yang bunuh diri dengan menceburkan diri ke dalam danau karena hubungan cinta mereka yang tidak mendapatkan restu orangtua sang gadis.Berbeda dengan legenda yang banyak dipercaya masyarakat, sebuah cerita lain yang beredar disebutkan bahwa pada masa Belanda, danau ini dibuat dan supaya lebih tertata. Namun sayang setelah merdeka pembangunannya kemudian terbengkalai. Danau ini selain sebagai kawasan wisata juga dipergunakan sebagai kawasan konservasi yang melindungi berbagai keragaman hayati, sumber air untuk irigasi, daerah cadangan air, dan juga sebagai media pembelajaran alam untuk kepentingan ilmiah.Keragaman hayati di danau ini terlihat dari banyaknya flora dan fauna di kawasan danau. Tercatat anggrek pensil, anggrek matahari, seperti anggrek matahari, bakung, nipah, pulai, ambacang rawa, terentang, plawi, brosong, gelam, pakis dan sikeduduk tercatat mendiami kawasan danau ini. Sementara itu, berbagai fauna yang ditemukan di sini antara lain kera ekor panjang, lutung, burung kutilang, babi hutan, ular phyton, siamang, siput dan berbagai jenis ikan termasuk ikan langka seperti kebakung dan palau.Danau ini juga cocok dijadikan pilihan kawasan rekreasi, selain harga retribusinya yang hanya Rp 1.500,00 per orang, disini juga terdapat beberapa pondok yang menawarkan berbagai jenis makanan diantaranya makanan khas Bengkulu seperti perut punai, lempuk dan juga kue Tat. Untuk menjangkau lokasi danau ini, Anda bisa menempuh perjalanan sejauh 5 km dari pusat kota Bengkulu menggunakan angkutan umum melalui terminal Panorama.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Benteng Fort Rotterdam

Makassar

Benteng Fort Rotterdam, atau yang akrab juga disebut dengan Benteng Ujung Pandang, merupakan peninggalan bersejarah dari Kesultanan Gowa yang pernah berjaya pada abad ke-17. Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari Makassar, yang menjadi ibukota kesultanan. Tetapi benteng yang paling  megah di antara benteng-benteng lainnya adalah Benteng Fort Rotterdam. Hingga saat ini, keaslian benteng masih terpelihara.Lokasi benteng mudah dijangkau karena terletak di dalam kota Makassar, tepatnya berada di depan pelabuhan laut kota Makassar. Jaraknya sekitar dua kilometer dari Pantai Losari. Dengan gaya arsitektur era 1600-an, benteng ini terlihat mencolok dari bangunan Di sekitarnya sehingga mudah dikenali. Temboknya memiliki ketebalan hampir dua meter, berwarna hitam, dan terlihat kokoh menjulang setinggi hampir lima meter. Pintu utama benteng berukuran kecil. Jika dilihat dari ketinggian, bentuk benteng menyerupai penyu yang sedang menuju pantai.Benteng ini dibangun pada tahun 1545, oleh Raja Gowa X, yaitu Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalanga Ulaweng. Seperti halnya arsitektur benteng yang bergaya Portugis, benteng ini berbentuk segi empat, dan berbahan dasar campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV, tembok benteng kemudian diganti menjadi batu padas berwarna hitam.Pada masa penjajahan Belanda, sebagian benteng ini pernah porak-poranda akibat pecahnya perang antara armada perang VOC yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman dengan Kesultanan Gowa sejak tahun 1666. Penyerangan itu sendiri bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah dan sekaligus memperluas daerah kekuasaan Belanda. Setelah menggempur Kesultanan Gowa selama setahun lebih, pasukan perang pimpinan Speelman berhasil menang dan memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.Bagian benteng yang hancur kembali dibangun oleh Gubernur Jenderal Speelman tapi disesuaikan dengan gaya arsitektur Belanda. Benteng yang tadinya berbentuk persegi empat dan memiliki empat bastion, ditambah lagi dengan satu bastion di sebelah barat. Bastion adalah bangunan kokoh yang ditempatkan lebih tinggi di setiap sudut benteng dan di atasnya ditempatkan kanon atau meriam. Nama benteng kemudian diubah menjadi Fort Roterdam, sesuai dengan tempat kelahiran Speelman. Dan saat itu, Benteng Fort Rotterdam difungsikan sebagai pusat perdagangan dan gudang hasil bumi serta rempah-rempah, sekaligus menjadi pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara.Tidak perlu membayangkan suasana seram dan angker saat akan mengunjungi benteng tua ini karena tempat bersejarah ini bukanlah tempat yang kosong melompong. Benteng ini digunakan pemerintah setempat sebagai Pusat Kebudayaan Makassar dan difungsikan sebagai perkantoran sehingga membuat lingkungan benteng menjadi bersih, rapi, dan terawat. Selain dapat melihat-lihat benteng secara gratis, pengunjung juga bisa mendatangi Museum La Galigo dan juga melihat ruangan sempit tempat Pangeran Diponegoro ditahan setelah ditangkap Belanda di Jawa. 

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more

Candi Cangkuang

Garut, Jawa Barat

Salah satu candi peninggalan bersejarah agama Hindu dari abad ke-17 terdapat di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namanya Candi Cangkuang, yang di dalamnya terdapat patung Siwa Hindu. Candi ini berdiri di sebuah pulau kecil yang berada di tengah-tengah Situ Cangkuang. Wisatawan yang akan mengunjungi candi harus menyewa rakit yang tersedia di pinggir situ. Harga sewanya Rp. 4.000,- untuk orang dewasa, dan Rp. 2.000,- untuk anak-anak.

Nama Cangkuang berasal dari nama pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus) yang memang banyak tumbuh di sekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad, tokoh penyebaran agama Islam di daerah ini. Arif Muhammad adalah seorang tentara Kerajaan Mataram yang pada abad ke-17 datang bersama rombongannya ke daerah ini untuk menyerang Belanda. 

Penyerangan itu gagal, namun Arif Muhammad tetap berada di tempat ini untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar, tepatnya di Kampung Pulo yang kini menjadi tempat tinggal keturunannya. Jadi, Situ dan Candi Cangkuang menjadi salah satu bagian dari sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia. Konon, menurut cerita masyarakat setempat, Arif Muhammad dan teman-temannya jugalah yang membendung daerah ini hingga menjadi sebuah situ atau danau.

Candi Cangkuang dibangun pada abad ke-8, yang kemudian ditemukan lagi pada tanggal 12 Desember 1966. Setelah ditemukan, candi ini kemudian digali dan diteliti pada tahun 1967 – 1968, dan dipugar pada tahun 1974 – 1976. Obyek wisata ini berada sekitar 16 kilometer ke arah utara Jota Garut atau 48 kilometer dari Bandung.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com

...more
ButikTrip.id
remen-vintagephotography

Upcoming Trips

Open Trip Dieng Plateau
04 - 06 Jul 2025
Baduy Dalam
05 - 06 Jul 2025
Open Trip Baduy
05 - 06 Jul 2025
Trekking Gunung Papandayan
11 - 12 Jul 2025
Baduy Dalam
12 - 13 Jul 2025
Open Trip Baduy
12 - 13 Jul 2025
×

...