TripTrus.Com - Kawasan obyek wisata Danau Tambing yang sebelumnya ditutup karena dampak dari gempa bumi yang melanda wilayah Napu, Kabupaten Poso beberapa waktu lalu, kini kembali dibuka lagi untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. "Sudah berlangsung dua pekan ini, obyek wisata itu dibuka untuk para pengunjung," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Sudayatna di Palu, Selasa. Ia mengatakan hampir sebulan objek wisata trersebut terpaksa ditutup sementara karena demi kepentingan kenyamanan dan keselamatan wisatawan. Dampak dari gempa buli tektonik 6,2 SR yang menguncang wilayah Kecamatan Lore Utara, beberapa sarana dan fasilitas yang ada dalam kawasan wisata Danau Tambing rusak sehingga harus diperbaiki kembali. Untuk kepentingan tersebut, makanya, hampir sebulan objek wisata yang terletak di kawasan TNLL di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara ditutup. Namun demikian, dua pekan lalu sudah dibuka kembali dan banyak wisatawan yang mengunjungi salah satu destinasi unggulan pemerintah dan masyarakat di Provinsi Sulteng itu. Dalam kondisi normal, setiap hari libur jumlah pengunjung sekitar 500 orang. Dan yang paling banyak pengunjungnya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa serta para pencinta alam. Danau Tambing dapat ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau mobil dengan waktu sekitar2,5 jam. Sudayatna mengatakan bahwa di dalam kawasan TNLL terdapat sejumlah objek wisata menarik dan unik seperti penangkaran tarsius dan air panas di Desa Kadidian dan Kamarora, Kecamatan Nokilalaki. Berikutnya, penangkaran burung maleo, salah satu satwa endemik yang dilindungi terletak di Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa, patung megalit di Lembah Besoa dan Bada, Kabupaten Poso. Semua obyek wisata tersebut sangat menarik dikunjungi para wisatawan, termasuk mancanegara sangat menyukainya. (Sumber: Artikel antaranews.com Foto republika.co.id)
TripTrus.Com - Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mewacanakan masuk semua objek wisata yang dikelola oleh pemkab tanpa dipungut retribusi atau gratis demi mendongkrak kunjungan wisatawan dari berbagai daerah."Wacana tersebut memang belum bisa direalisasikan dalam jangka pendek karena ada sejumlah tahapan yang harus dilalui," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara Deni Hendarko di Jepara, Senin (10/7).Tahapan tersebut di antaranya, lanjut dia, harus sudah masuk ke dalam program legislasi daerah (Prolegda) terlebih dahulu. Selain itu, kata dia, untuk merealisasikan wacana tersebut juga perlu ada payung hukum dalam bentuk perda. Tahapan dalam menyusun perda, kata Deni, perlu diawali dengan penyusunan naskah akademik."Kami juga perlu membuat kajian terlebih dahulu terkait wacana tersebut, apakah hal demikian bisa memberikan dampak positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan serta dampak ekonomi terhadap pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun pelaku usaha di bidang kepariwisataan," ujarnya.Meskipun tahapannya belum sama sekali dilakukan, dia optimistis, wacana tersebut bisa segera direalisasikan karena menjadi salah satu program dari Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan Wakil Bupati Jepara Dian Kristiandi.Kabid Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Zamroni Lestiaza menambahkan, dengan adanya wacana masuk objek wisata gratis memang berdampak pada pemasukan asli daerah yang setiap tahunnya mencapai miliaran rupiah. "Tahun ini saja, retribusi masuk objek wisata ditargetkan sebesar Rp 3,6 miliar," ujarnya.Rencana pemasukan sebesar itu, meliputi dari objek wisata Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Pantai Benteng Portugis dan Taman Laut Kura-kura.Ia memperkirakan, wacana tersebut baru bisa direalisasikan tahun 2018 atau 2019, karena membutuhkan persetujuan dengan DPRD setempat.Saat ini, lanjut dia, sejumlah daerah memang mulai mencoba menarik minat wisatawan dengan cara membebaskan biaya masuknya. "Harapannya, sektor jasa dan restoran yang berada di kawasan objek wisata akan semakin berkembang, karena tingkat kunjungan wisatawan diperkirakan melonjak," ujarnya.Pemkab Jepara, kata Zamroni, masih bisa mendapatkan pemasukan melalui pajak yang dipungut dari penyedia jasa dan restoran tersebut. Untuk mendukung hal itu, Dinas Pariwisata akan berupaya membenahi infrastruktur yang ada serta wahana permainan karena bisa menjadi sumber pemasukan daerah. (Sumber: Artikel antaranews.com Foto masdonie.blogspot.co.id)
TripTrus.Com - Idul Fitri, atau Lebaran, atau bisa juga disebut hari kemenangan adalah salah satu momen paling penting bagi umat muslim di seluruh di dunia, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Di Indonesia, Lebaran merupakan salah satu perayaan yang dirayakan secara besar-besaran oleh umat muslim yang tersebar di pelosok pelosok daerah. Dimana setiap daerah tersebut memiliki tradisi unik sendiri dalam rangka menyambut datangnya Lebaran.
Tradisi Lebaran ini sudah menyatu dengan budaya budaya daerah tersebut tanpa meninggalkan akidah ajaran agama Islam. Lantas, tradisi Lebaran apa saja yang paling unik di Indonesia? Penasaran? Berikut ulasannya
1. Meugang – Aceh
Di Aceh ada sebuah tradisi Lebaran yang selalu dilakukan setiap tahunnya saat menjelang Idul Fitri, namanya adalah Meugang. Meugang adalah tradisi memasak dan memakan bersama untuk dibagikan pada kaum dhuafa sebagai bentuk saling berbagi di bulan Ramadhan.
Umumnya, semua warga di sebuah kampung akan berkumpul di masjid untuk memasak daging dan memakan bersama-sama, serta tidak lupa membagikan sebagian makanan tersebut kepada orang tidak mampu.
Selain itu, tradisi Meugang tidak hanya dilakukan saat menjelang Lebaran saja, tapi selalu dilakukan juga saat perayaan Idul Adha.
2. Festival Meriam Karbit – Pontianak
Festival Meriam Karbit adalah tradisi Lebaran yang dilakukan oleh warga Pontianak, Kalimantan Barat. Tradisi ini sudah dilakukan sejak 200 tahun mengunakan meriam yang terbuat dari bambu besar dan diletakan di pinggir sungai kapuas.
Saat menjelang malam takbiran, warga pontianak akan berkumpul di sekitar pinggir sungai Kapuas di Pontianak untuk menyalakan meriam meriam besar tersebut sebagai tanda datangnya hari kemenangan.
3. Ronjok Sayak – Bengkulu
Warga Bengkulu yakin dan percaya bahwa api adalah penghubung antara manusia dengan leluhur mereka. Kepercayaan inilah yang melahirkan tradisi Lebaran bernama Ronjok Sayak atau Bakar Gunung api.
Tradisi Ronjok Sayak sudah dilakukan selama ratusan tahun oleh Suku Serawai, dimana tradisi ini dilakukan saat malam takbiran, tepatnya setelah sholat Isya. Warga Bengkulu, terutama suku Serawai akan menyusun batok kelapa menjulang tinggi keatas, kemudian dibakar didepan rumah mereka masing-masing.
4. Pukul Sapu – Maluku Tengah
Pada hari ke tujuh Lebaran, warga desa Morella dan desa Mamala, Leihitu, Maluku Tengah selalu berkumpul di halaman masjid besar. Mereka ingin melihat tradisi Pukul Sapu yang biasanya dilakukan antara perwakilan pria dari masing-masing ke dua desa tersebut.
Dalam tradisi ini, mereka akan saling menyabetkan lidi dari pohon enau ke badan lawannya. Tradisi yang berlangsung selama kurang lebih 30 menitan ini biasa bisa menyebabkan kulit sobek sampai berdarah-darah.
5. Batobo – Riau
Warga Riau yang mudik ke kampung halamannya, bukan hanya disambut oleh keluarganya saja, tapi mereka juga akan mendapatkan sambutan yang meriah seperti artis ibu kota oleh warga desa dengan diarak dan diiringi rebana menuju ke tempat buka bersama.
Selain sebagai tempat saling melepas rindu dan mempererat silahturahmi, tradisi Batobo juga diisi dengan pengajian dan lomba baca Al Quran, dimana hadiahnya berasal dari para pemudik yang pulang kampung tersebut.
6. Grebek Syawal – Yogyakarta
Di Yogyakarta, usai Idul Fitri, ada tradisi Lebaran yang selalu ditandai dengan perayaan Grebeg Syawal. Tradisi ini juga bisa didapati di beberapa daerah di Jawa Tengah. Sejatinya, Grebek Syawal adalah tradisi keraton untuk menyambut 1 Syawal.
Dalam tradisi ini, warga Yogyakarta akan mengarak bermacam-macam hasil bumi yang disusun rapi berbentuk kerucut dan berukuran besar dari Pagelaran Keraton menuju halaman masjid Agung Kauman. Setelah didoakan hasil bumi tadi akan diperebutkan oleh warga yang hadir.
7. Bedulang – Bangka
Setelah bersilahturahmi dan bermaaf-maafan, warga Bangka punya tradisi yang unik menikmati kebersamaan mereka. Nama tradisinya yaitu makan Begawa yang berarti makan bersama, tapi karena penyajiannya mengunakan tudung saji sehingga disebut juga makan Bedulang.
Dalam tradisi makan Bedulang ini tidak diperbolehkan memakai sendok, harus mengunakan tangan, dimana diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu dengan aturan orang paling tua terlebih dulu sedang yang muda mendapat giliran paling terakhir.
8. Ngejot – Bali
Bali memang dikenal sebagai pulau dengan penduduknya yang sebagian besar beragama Hindu, tapi saat lebaran, Bali juga cukup ramai dengan tradisi Ngejot-nya. Dimana dalam tradisi ini, umat muslim di Bali akan membagi-bagikan makanan kepada semua warga tanpa membedakan agama yang dianutnya.
Tradisi ini dilakukan setiap tahunnya yang bertujuan menciptakan hubungan yang harmonis antar umat beragama di Bali. Selain itu, tradisi ini juga sering dilakukan oleh umat Hindu di Bali saat mereka merayakan hari besar agama Hindu.
9. Perang Topat – Lombok
Sama dengan tradisi Lebaran di Bali, tradisi ini juga bertujuan mempererat hubungan antara umat beragama di Lombok. Perang Topat berarti perang ketupat yang dilakukan pada hari keenam Lebaran.
Tradisi ini dilakukan oleh suku Sasak yang merupakan suku asli di Lombok. Pertama-tama, mereka akan mengarak hasil bumi, kemudian akan berlanjut dengan saling lempar ketupat. Mereka percaya, dengan melempar ketupat semua doa dan permohonan mereka akan segera terkabul.
10. Festival Tumbilotohe – Gorontalo
estival Tumbilotohe adalah tradisi Lebaranyang unik sekaligus terlihat indah di Gorontalo. Warga Gorontalo akan menyalakan lampu yang berbahan dari minyak tanah yang menerang sepanjang jalan di Gorontalo.
Dulu, tujuannya menyalakan lampu ini untuk menerangi jalan agar warga desa mudah lewat saat membagi-bagikan zakat. Tapi sekarang tradisi ini jadi keindahan tersendiri di suduk kota Gorontalo. Selain itu tradisi ini juga dimeriahkan dengan tabuhan bedug dan meriam dari bambu.
11. Tellasan – Madura
Tellasan merupakan tradisi masyarakat Madura dalam menyambung tali silaturahmi tak hanya dengan sanak saudara tetapi juga dengan tetangga dan sesepuh kampung. Dalam tellasan, perempuan Madura akan ter’ater (mengantar sebuah hantaran makanan) kepada tetangga dan orang yang dianggap sepuh di kampung itu.
Uniknya, saat mengantar hantaran, perempuan Madura menggunakan talam/nampan yang ditaruh diatas kepala. Hantaran biasanya berupa nasi pettok (nasi putih yang dibungkus daun pisang), ayam adun (opor ayam)/ayam bumbu bali, kue-kue tradisional, dan tapai (tape ketan). Menariknya dalam tellasan, tidak ada ketupat. Ketupat ada saat tellasan petto (lebaran hari ke-7). (Sumber: Artikel wowasiknya.com dan inspiratorfreak.com Foto kreditgogo.com)
TripTrus.Com - Ada dua mesjid di area Batavia Tua yang dibangun pada abad 18 dan 19, yaitu Mesjid An-Nawier dan Mesjid Langgar Tinggi di Pekojan, yang sekarang dikenal dengan Kampung Arab terletak di Jakarta Barat.
Langgar Tinggi Mosque
Nama Pekojan konon adalah kependekan dari kata “Khoja” atau “Kaja” sebuah area di India. Tetapi, “Khoja” ini juga adalah nama ikat kepala yang dikenakan oleh kaum pria di prooinsi Banten. Itulah mengapa tentara Banten yang bertikai dengan Pageran Fatahillah, penemu Jakarta, aman tinggal di area ini. Tentunya, Jakarta dan Batavia menjadi pelabuhan internasional yang sibuk, penuh dengan para pedagang dari kelompok etnis yang berbeda-beda yang masing-masing membentuk komunitasnya, dan kemudian bergabung di tempat yang dinamakan “Kampung”.
An-Nawier Mosque
Mesjid An-Nawier-yang dikenal juga sebagai Mesjid Pekojan, di area Pekojan- dibangun tahun 1749 AD (atau 1880 H menurut kalender Islam), oleh Syarifa Fatimah binti Husen Al Idrus. Mesjid ini mesjid terbesar dan tertua di Jakarta Tua serta memiliki lemen-elemen yang unik. Denah mesjid ini berbentuk L dengan kapasitas 2,000 orang. Atapnya disangga oleh 33 pilar, melambangkan 33 holy verses yang biasa dilantunkan setelah shalat usai. Di luar mesjid terdapat kubah setinggi 17 meter menyerupai mercusuar.
Menurut cerita yang beredar, pada masa lalu ketika berlangsung pemberontakan melawan Kolonial, tentara pejuang Indonesia biasanya berlindung di tempat sempit ini dan merasa nyaman.
Berjalan dari mesjid ini ke mesjid Langgar Tinggi, kita akan melewati jembatan Kambing di atas sungai Angke. Jembatan ini dulunya menghubungkan kita ke tempat penjagalan kambing. Kini tempat penjagalan ini sudah tidak ada lagi, namun masyarakat Arab yang masih tinggal di sini masih memlihara kambing dan memperjualbelikannya, sebagimana mereka telah melakukannya selama 200 tahun.
Menjejak di mesjid Langgar Tinggi atau Mesjid Tinggi, orang akan mengerti mengapa mesjid ini dinamakan demikian, tak lebih karena mesjid ini terdiri dari 2 lantai, yang amat jarang ditemukan di masa ini. Mesjid Langgar Tinggi, yang treletak di sepanjang sungai Angke konon dibangun pada tahun 1829 AD (atau di 1249 H menurut kalender Islam). Lantai atas tempat orang shalat terbuat dari kayu, dan masih dalam kondisi yang baik sampai sekarang. Sementara di lantai bawah, terdapat tempat untuk penjaga mesjid
Arsitekturnya adalah perpaduan antara moroislam dan kolonial yang menggunakan elemen Cina dan Jawa. Disain pilarnya bergaya klasik Eropa, penyangga pilarnya bergaya Cina dan lantainya bergaya Jawa. Mimbarnya didatangkan dari Palembang, Sumatera Selatan. (Sumber: Artikel jakarta-tourism.go.id Foto panoramio.com)
TripTrus.Com - Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali menjejakkan kaki di pulau Jawa pada abad ke-16 dalam rangka pencarian pulau rempah-rempah yang legendaris. Walau mereka tidak mendominasi pulau Jawa, peninggalan mereka masih nyata terlihat yaitu 2 gereja portugis dan musik keroncong.
Keroncong adalah musik Indonesia yang dipengaruhi oleh musik asli Portugis yang bernama Fado, diperkenalkan oleh para pelaut dan budak dari kapal-kapal dagang di abad 16. Perjalanan musik ini dimulai dari Goa di India ke Malaka sampai Tugu.
Keroncong mendampingi Moresco, tarian yang mengandung pengaruh Spanyol yaitu seperti Polka namun dibawakan dalam gerakan yang lebih perlahan.
Pada proses akulturasi keroncong yang aslinya dimainkan dengan akat musik gesek, dalam perjalanannya ditambahkan dengan sentuhan flute dan gamelan. Di tahun 1960, Keroncong sekali lagi dipopulerkan oleh Jenderal Polisi Hugeng bersama band nya The Hawaiian Seniors yang terkenal pada masa itu, dengan menambah elemen tertentu dari the Moluccas dan Hawaii.
Bangsa Inggris yang sempat berkuasa dalam masa yang cukup singkat yaitu selama masa Gubernur Jendral Sir Stamford Raffles (1811-1815) juga meninggalkan gereja Anglican yang sampai sekarang masih berdiri di area Menteng. (Sumber: Artikel-Foto jakarta-tourism.go.id)
TripTrus.Com - Sejak abad pertama sebelum masehi, Cina dan kepulauan Indonesia telah memiliki hubungan yang sangat dekat, baik antara Kaisar Cina dengan raja-raja di Indonesia, dalam aspek agama maupun perdagangan. Sejumlah putri kerajaan Cina bahkan menikah dengan sejumlah raja di Yogyakarta, Solo, Cirebon, Bangka dan Belitung , maupun Kalimantan Barat
Kedatangan bangsa Cina ke Indonesia dimulai pada abad ke 17, ketika kongsi perdagangan Hindia-Timur (VOC) berhasil mengajak bangsa Cina dari daratan untuk berimigrasi ke berbagai pulau di Indonesia baik untuk bekerja maupun berdagang.
Di Batavia , pusat Kongsi Perdagangan Hindia-Timur (VOC), meskipun komunitas bangsa Cina diperlukan oleh Belanda, tetap saja mereka dan penduduk asli hanya diperbolehkan tinggal di luar batas kota dan tembok kota.
Pada umumnya mereka bermukim dan berdagang di sepanjang daerah Pintu Besar, di sekitar sungai Ciliwung, yang sekarang dikenal sebagai Glodok, atau daerah Pecinan Jakarta. Daerah Glodok dimulai dari sepanjang Pancoran sampai dengan Jalan Gunung Sahari. Sejumlah komunitas Cina juga bermukim ke arah Barat yang sekarang dikenal sebagai daerah Tangerang, kini disebut provinsi Banten. Ppenduduk yang bermukim di daerah Tangerang dikenal sebagai Cina Benteng.
Dengan adanya larangan bagi perempuan Cina untuk beremigrasi di masa itu, banyak pria Cina yang berimigrasi ke Batavia menikah dengan perempuan lokal sehingga menghasilkan gabungan budaya Cina, lokal Melayu, Jawa dan tradisi asli lainnya. Budaya hasil gabungan ini dikenal dengan budaya Peranakan.
Budaya Peranakan adalah budaya yang sangat berpengaruh di upacara perkawinan, musik, tari dan khususnya pada makanan maupun masakan. Tampak jelas Cina menyerap budaya lokal dan sebaliknya, dimana penduduk lokal juga menyerap berbagai elemen budaya Cina untuk diterapkan diberbagai hal.
Sejumlah bangunan Cina yang dijaga keasliannya dan masih ada sampai saat ini salah satunya adalah Toko Merah. Berlokasi di Jalan Kali Besar, Toko Merah tampak memiliki pengaruh budaya Cina yang sangat kuat. Selain itu terdapat juga bangunan Candranaya yang baru selesai direstorasi yang berlokasi di Jalan Gajah Mada. Baik Toko Merah dan Candranaya sekarang digunakan untuk Seminar, Pesta Perkawinan dan sejumlah acara lainnya.
Petak Sembilan
Di sekitar Petak Sembilan, Anda dapat menemukan toko Cina yang menjual berbagai manisan dan pernak pernik Cina , toko obat Cina serta berbagai restoran Cina terbaik yang menyediakan makanan asli Cina seperti bebek panggang, pangsit goreng dan bakso. Di sini juga terdapat warung kopi yang disebut ‘Kopi Tiam’ dan Es Kopi yang disebut ‘Tak Kie’, yang kesemuanya disediakan masih dengan cara lama.
Bagian dari daerah Pecinan Jakarta ini menjadi sangat meriah dengan lentera dan tari Barongsai, terutama pada saat perayaan Tahun Baru Cina. (Sumber: Artikel jakarta-tourism.go.id Foto jakarta.panduanwisata.id)
TripTrus.Com - Masa Pra-Kolonial, Masa Kolonial, Kemerdekaan dan Indonesia Saat ini, area yang terbilang paling tua di Jakarta adalah bagian utara pantai barat Jawa dimana sungai Ciliwung berada, mengailiri teluk-teluk di Jakarta.
Kota pelabuhan ini pada mulanya bernama Sunda Kelapa, namun pada 22 Juni 1527 Pangeran Fatahillah menghancurkan Sunda Kelapa dan sebagai gantinya mendirikan kota Jayakarta di area tersebut. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai tanggal berdirinya kota Jakarta.
Kota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, dimana para pedagang dari Cina, India, Arab dan Eropa serta dari Negara-negara lainnya saling bertukar barang-barang/komoditi.
Tahun 1619, Pemerintahan Belanda (VOC) di bawah kepemimpinan Jan PieterszoonCoen menghancurkan Jayakarta dan dengan serta merta membangun kota baru yang terletak di bagian barat sungai Ciliwung, yang dia namakan Batavia, nama yang diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa Belanda
Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda, yaitu dibangun dalam bentuk blok, masing-masih dipisahkan oleh kanal dan dilindungi oleh dinding sebagai benteng, dan parit. Batavia ini selesai dibangun pada 1650. Batavia tua adalah tempat tinggal bangsa Eropa, sementara bangsa Cina, Jawa dan penduduk asli lainnnya disingkirkan ke tempat lainnya.
Di masa-masa kejayaannya Batavia yang terkenal sebagai ‘Permata dari timur’, diduduki oleh VOC dan kemudain akhirnya diduduki pemerintah Belanda yang terbentang luas di kepulauan Hindia timur.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang di tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi Jakarta. (Sumber: Artikel jakarta-tourism.go.id foto indonesia.travel)
TripTrus.Com - Bagi warga Bogor maupun warga Jakarta yang tidak mudik ke luat kota, beberapa destinasi wisata di Kota Hujan bisa jadi pilihan.
Dikutip dari Tribunnewsbogor, berikut tujuh destinasi wisata di Bogor yang bisa disambangi Anda dan keluarga saat libur Lebaran.
1. Taman Ade Irma Suryani
Taman yang juga dikenal dengan sebutan Taman Topi ini berlokasi di pusat Kota Bogor, tepatnya Jalan Dewi Sartika. Anak-anak bisa menikmati belasan wahana permainan. Ada juga destinasi wisata air. Dari Stasiun Bogor, Anda hanya perlu berjalan kaki menuju pintu masuk Taman Topi menuju Jalan Kapten Muslihat.
2. Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor bisa disambangi saat libur Lebaran. Tak hanya itu, Anda juga bisa mengunjungi Museum Zoologi yang menyimpan koleksi fauna.
Anda bisa masuk dari beberapa pintu. Antara lain pintu masuk di sebelah kantor pos di Jalan Ir H DJuanda, Pintu Masuk di Jalan Otto Iskandar Dinata depan Pasar Bogor, pintu masuk di Jalan Pajajaran depan Plaza Keboen Raya, atau pintu masuk di sebrang Kampus IPB Baranangsiang.
3. SKI Tajur
Sumber Karya Indah (SKI) Tajur berada di Jalan Raya Katulampa, Kota Bogor. Selain dikenal sebagai lokasi berjualan tas, SKI Tajur juga terkenal oleh wisata permainannya. Anak-anak bisa bermain Flying Fox, Bola Air, Buggy Kart, Ufo Coaster, Trampoline, dan lain-lain.
Anda pun tak harus membayar tiket masuk, hanya membayar parkir kendaraan saja. Anda tinggal membeli tiket permainan untuk setiap wahana.
4. Jungle Fest
Lokasi wisata ini berada di Komplek Bogor Nirwana Residence. Di sini, wisatawan bisa menikmati beragam jenis wahana. Ada sembilan wahana yanga da di dalam lokasi wisata Jungle Fest. Antara lain Sparkle Bumper dan Lumino Swing.
5. The Jungle Waterpark
Tempat wisata ini terletak tidak jauh dari lokasi wisata Jungle Fest. Di sini Anda bisa menikmati aneka wahana air. Ada beragam jenis wahana air di dalam The Jungle Water Park. Antara lain Wave Pool, Giant Aquarium, dan Kawah Ratu yang jadi primadona di The Jungle Waterpark.
Selain menikmati liburan dengan bermain air, pengunjung juga bisa berwisata edukasi melalui aquarium raksasa yang menyimpan beragam jenis ikan asli Indonesia.
6. Taman Safari
Anda bisa berwisata edukasi sambil menyapa hewan-hewan yang dilepas secara liar di Taman Safari. Ada juga Baby Zoo, kolam renang, serta aneka wahana dan pertunjukan atraksi hewan.
7. Jungleland
Lokasi wisata ini terletak di kawasan Bukit Sentul, Kabupaten Bogor. Ada puluhan wahana permainan yang bisa dinikmati di Jungleland. Tempat wisata ini total memiliki 30 wahana. Beberapa wahana ekstrem yang populer antara lain Discovery dan Zee Force.
Selain itu ada pula Dino World dan Mini Drop yang cocok untuk anak-anak. (Sumber: Artikel kompas.com Foto flickr.com/Seika)
TripTrus.Com - Pelaku Pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menyambut baik rencana Batik Air membuka rute baru ke Labuan Bajo.
Hendrik Abur, salah satu tour operator di Labuan Bajo mengatakan, kehadiran maskapai Batik Air memberi pilihan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Labuan Bajo dan Komodo. "Tentu ini sangat positif. Kehadiran Batik Air diharapkan dapar memberikan pilihan bagi wisatawan dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo" kata Hendrik Abur, yang dihubungi melalui telepon, Selasa (20/6).
Hal senada disampaikan oleh Richard, tour operator di Flores. Menurut Richard, kehadiran Batik Air ini diharapkan mampu menekan harga ticket pesawat yang masih terbilang mahal. "Semoga semakin banyak pesawat yang terbang ke Bandara Komodo, harga ticket juga ikut turun, sehingga semakin banyak wisatawan yang datang," kata Richard.
Seperti diberitakan sebelumnya, Batik Air yang merupakan anak perusahaan dari Lion Air Group terbang perdana ke dari Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng ke Bandara Komodo Labuan Bajo, hari ini Rabu, 21 Juni 2017
Ayo ke Labuan Bajo! (Sumber: Artikel indonesiakoran.com Foto flickr.com/TracyHunter)
TripTrus.Com - Liburan di Lampung Timur bakalan makin menarik dengan adanya aneka event wisata tahun 2017. Berikut daftarnya.Pemerintah Kabupaten Lampung Timur makin serius mengembangkan pariwisata di sana. Agar traveler makin tertarik berkunjung, berbagai acara wisata pun diselenggarakan. Sepanjang 2017, dari Festival Panen Padi hingga Festival Way Kambas bakalan makin menyemarakkan suasana liburan di Lampung Timur.Kalau penasaran ingin merasakan kemeriahan festivalnya, simak dulu kalender wisata Lampung Timur yang telah cukup banyak beredar melalui media sosial. Seperti dilihat detikTravel dari akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata, Selasa (3/1/2017), berikut ini aneka event wisata di Lampung Timur selama 2017:Festival Panen Padi (2 Maret), Lampung Timur BMX Festival (19 Maret), Festival Kicau Burung (26 Maret), Tasyakuran Laut (8 April), Pekan Seni Lampung Timur (20 April), Muli Mekhanai (21 April), Begawi Adat Lampung (14 Mei), Festival Kuliner Ramadan (17-23 Mei), Petualangan Motor Cross (28 Juni), Gebyar Wisata Mudik (27-30 Juni), Festival Layang-layang Maringgai (2 Juli), Festival Petik Lada (9 Juli), Festival Membaca (22 Juli), Festival Kuda Lumping (30 Juli), Festival Bersih Danau (11 Agustus), Festival Dayung Way Bungur (13 Agustus), Festival Musik Kreatif (9 September), Festival Tari Melinting (23 September), Festival Hijau Tanam Seribu Pohon (10 Oktober), Festival 10.000 Rebana (22 Oktober), Festival Napak Tilas Purbakala (28 Oktober) dan Festival Way Kambas (11-13 November) yang meliputi: Festival Film Rimba (11 November), Fotografi Hutan Lampung Timur (11 November), Festival Kuliner (11 November), Sketsa Way Kambas (11 November), Lomba Kreasi Souvenir (12 November), Jejak Petualang (12 November), Lomba Lari (12 November), Pesta Buah (13 November), Sepeda Santai (13 November) (Sumber: Artikel detik.com Foto pariwisatalampung.com)