TRIPTRUS - Keragaman agama dan budaya yang ada membuat Kota Mataram ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pawai ogoh-ogoh salah satunya. Pawai yang digelar sehari sebelum umat Hindu melangsungkan ibadah Nyepi ini mampu menarik ribuan pengunjung untuk datang menyaksikannya.
Sumber: Foto dutapraja.blogspot.com
Ogoh-ogoh merupakan budaya khas Pulau Dewata yang telah lama berkembang di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram. Dalam ajaran Hindu Dharma, ogoh-ogoh menggambarkan kepribadian butha kala. Butha kala menyimbolkan kekuatan alam semesta (bhu) dan waktu yang tidak terukur (kala). Secara perwujudannya, bhuta kala digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan, tinggi dan besar. Biasanya bhuta kala kerap digambarkan dalam bentuk raksasa.
Ogoh-ogoh yang diarak sepanjang jalan juga kerap digambarkan dalam bentuk makhluk-mahkluk yang hidup di mayapada, neraka dan surga. Wujud dari bentuk-bentuk tersebut seperti garuda, gajah, naga, widyadari dan dewa.
Semarak pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan di Mataram memang telah banyak memberi dampak yang positif terhadap kemajuan pariwisata. Jika menjelang Hari Raya Nyepi tiba, masing-masing banjar (lingkungan) mulai terlihat sibuk mempersiapkan dan membuat ogoh-ogoh.
Masing-masing Banjar biasanya membuat wujud dan bentuk ogoh-ogoh berbeda dengan banjar-banjar yang lain.
Antusias warga sekitar yang ingin menyaksikan pawai tersebut cukup tinggi. Wisatawan lokal maupun mancanegara juga menantikan hal yang sama. Tepat di pusat Kota Mataram, ogoh-ogoh tersebut diarak melintasi jalan utama yang terletak di Cakranegara setelah sebelumnya dilepas oleh Wali Kota Mataram, atau pejabat yang mewakili.
Sumber: Foto mashuminosekai.blogspot.com
Menurut ajaran Hindu Dharma, proses arak-arakan ogoh-ogoh menyimbolkan wujud keinsyafan manusia terhadap kekuatan alam semesta dan kekuatan waktu yang tidak terbantahkan. Seluruh kekuatan tersebut terdiri dari kekuatan bhuana agung (alam semesta) dan kekuatan bhuana alit (diri manusia). Seluruhnya akan tergantung dari niat tulus manusia dalam menjaga seluruh isi alam semesta dan menjaga diri sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Biasanya, jumlah ogoh-ogoh yang diarak setiap menjelang Ibadah Nyepi ini bisa mencapai lebih dari seratus buah dengan diarak oleh ribuan remaja, anak-anak dan para orang tua. Dalam arak-arakan tersebut, patung ogoh-ogoh yang terbuat dari bambu dan kertas karton tersebut, seluruh pengarak akan mengenakan kostum atau pakaian seragam khas banjar (lingkungan) masing- masing. Kemudian ogah-ogoh akan diarak sepanjang 2 kilometer melewati jalan utama menuju Cakranegara.
Saat pawai berlangsung, gemuruh tabuhan gendang dan gamelan serta musik-musik tradisional lainnya mengiringi upacara tersebut. Terlihat seluruh peserta pawai dengan serentak menari-nari mengikuti irama musik yang dimainkan oleh pengiring. Sementara itu, kanan dan kiri pinggir jalan dipenuhi oleh penonton dari berbagai elemen masyarakat yang sengaja meluangkan waktunya untuk menyaksikan semarak pawai yang diadakan sekali setahun ini.
Pawai ogoh-ogoh ini telah diadakan sejak tahun 1992. Bagi Anda yang gemar akan wisata kebudayaan bernuansakan religi, ada baiknya datang untuk menyaksikan langsung pawai yang digelar sekali dalam setahun ini.
Sumber: Artikel lombokpost.net Foto travel.tempo.co