TripTrus.Com - Pemkab Bulukumba mau ngadain lagi nih Festival Pinisi 2024, yang bakal jalan tanggal 6-8 September. Acaranya di berbagai spot, kayak Pantai Merpati, kawasan adat Ammatoa Kajang, sama tempat bikin kapal Pinisi di Bontobahari. Ini tuh bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2024, mulai dengan booth tour Jumat sore, 6 September, yang isinya banyak stan keren ngenalin berbagai hal seru di venue.
Pembukaan resmi digelar jam 8 malam, dengan simbolisnya naruh miniatur Pinisi ke wadah air, bareng Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf. Hiburan yang disiapin juga nggak kalah seru, ada Waode Afira, penyanyi dangdut Bulukumba yang alumni Dangdut Academy Indosiar. "Jumat malam pembukaannya bakal diramein Waode Afira, artis lokal dari Bulukumba," kata Andi Ayatullah Ahmad dari Humas Kominfo, Kamis, 5 September.
[Baca juga : "Festival Pesona Selat Lembeh 2024"]
Sabtu, 7 September, acaranya lanjut ke Ammatoa Kajang buat prosesi adat terima tamu Kajang, terus ada ritual "adingingi" yang maknanya "mendinginkan bumi." Di Tana Beru, tempat bikin kapal Pinisi, juga ada prosesi budaya kayak Songkabala ri Bantilang, Ammosi, sama Annyorong Lopi. Malemnya di Pantai Merpati, ada pemilihan duta wisata.
Nggak cuma itu, parade budaya bakal ikut meramaikan festival. Semua peserta bakal pake baju hitam khas Kajang, jalan santai dari Lapangan Pemuda ke Pantai Merpati jam 3 sore. Acara puncaknya, Festival Pinisi XIV, digelar malam hari dengan pemutaran video sejarah kapal Pinisi plus sambutan dari Bupati, pejabat gubernur, dan perwakilan dari Menteri Pariwisata. "Ayo ramein Festival Pinisi, yang jadi agenda nasional KEN 2024," ajak panitia. Buat yang doyan event tahunan yang hits di Bulukumba, jangan sampe kelewatan deh! (Sumber Foto: @kukunjbipanlop)
Nov/29 | Perang Topat 2025
TripTrus.Com - Bro‑sis traveler, lo siap buat pengalaman liburan yang beda banget di Lombok? Gak cuma jalan‑jalan santai, tapi lo bakal ngerasain tradisi Perang Topat yang unik dan seru abis. Di Desa Lingsar, Lombok Barat, masyarakat muslim dan hindu bareng‑bareng lempar ketupat dalam suasana penuh tawa tapi juga sarat makna, simbol persatuan dan toleransi. Bayangin deh, lo berdiri di tengah kerumunan, ikut vibe lokal, ketawa bareng orang lain dari agama beda, sambil lihat topat beterbangan. Ini bukan cuma soal hiburan, tapi juga pengalaman budaya yang bakal nempel di memori lo, bro‑sis!
View this post on Instagram
A post shared by ading kuswara (@adingkuswara)
Jadi, Perang Topat tuh sebenernya bukan perang beneran, tapi tradisi lempar‑ketupat yang super khas. Masyarakat muslim dari suku Sasak dan masyarakat hindu dari suku Bali lempar‑lempar ketupat di area Pura Lingsar, sebagai simbol syukur panen dan persaudaraan. Ketupat yang dilempar punya makna keberuntungan dan kesuburan tanah, jadi acara ini fun tapi tetep sarat filosofi. Lo bisa lihat orang dewasa, remaja, bahkan anak‑anak ikutan, suasananya jadi rame banget tapi hangat, cocok banget buat lo yang pengen liburan sambil dapet pengalaman budaya autentik.
[Baca juga : "International Mask Festival 2025"]
Event ini biasanya diadakan di area Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB, bertepatan dengan kalender lokal Sasak atau Bali, sekitar bulan November‑Desember. Jadi, kalo lo mau dateng, harus siapin waktu pas puncaknya supaya gak ketinggalan momen epic lempar‑topat. Jangan lupa bawa outfit casual yang nyaman karena kemungkinan lo juga bakal kena cipratan ketupat atau air dari sesajen. Biar makin seru, ajak temen lo atau squad lo, biar bisa barengan ngerasain vibe lokal sekaligus foto‑in moment yang instagrammable.
Kenapa Perang Topat wajib lo datengin? Selain unik dan fun, acara ini nunjukin toleransi yang juara antara muslim dan hindu, bikin lo liat langsung gimana keberagaman bisa jadi alasan buat bareng‑bareng senang. Lo gak cuma jadi penonton, tapi bisa ikut langsung, jadi bagian dari tradisi yang udah berlangsung turun‑temurun. Sensasinya beda banget dibanding festival lain, karena lo bisa ketawa, ikutan lempar topat, sambil belajar tentang nilai kebersamaan. Serius, pengalaman kayak gini bakal lo inget terus dan bisa lo ceritain ke semua orang setelah pulang.
Jadi bro‑sis traveler, siapkan diri lo buat liburan anti mainstream di Lombok Barat. Perang Topat bukan cuma lempar ketupat doang, tapi juga momen seru penuh makna tentang perdamaian, toleransi, dan persatuan. Lo bakal bawa pulang pengalaman yang gak cuma bikin senyum tapi juga bikin lo ngerasa lebih dekat sama budaya lokal. Jadi, kapan lagi lo bisa “berperang” tapi damai, sambil menikmati budaya yang lebih besar dari diri lo sendiri? Siapin kamera, outfit nyaman, dan hati yang siap seru‑seruan, karena Perang Topat nungguin lo, bro‑sis! (Sumber Foto @officialputeraputerikebudayaan)...
more.