Festival Layang – Layang adalah serangkaian event yang diadakan rutin setiap tahun antara Juli dan Oktober terutama saat awal musim mulai berangin. Festival ini merupakan salah satu event besar yang sangat menarik karena memiliki keunikan budaya yang sama seperti Festival Kesenian Bali. Festival ini memiliki beragam tanggal pelaksanaan dan untuk acara utamanya diaksanakan di sepanjang pantai timur Padanggalak, bagian utara Sanur.
Biasanya pengumuman kepastian tanggal pelaksanaan event utama Festival Layang-Layang dilaksanakan pada akhir Juni melihat kondisi cuaca saat itu. Sehingga kepastian waktu pelaksanaan belum dapat diumumkan secara pasti. Sementara ini dijadwalkan Fesival Layang – Layang Bali jatuh pada tanggal 3 hingga 5 Juli di Pantai Padanggalak, Sanur dan Festival Layang Layang Internasional Bali pada 23 sampai 25 Oktober 2015 di Pantai Padanggalak, Sanur.
Ribuan pecinta layang-layang akan datang dan berkumpul dari seluruh Pulau Bali untuk mulai menerbangkan layang-layang tradisional mereka dan bersaing dengan pecinta layang-layang yang berasal dari luar negeri dengan model yang lebih modern serta memilki bentuk dan ukuran yang bermacam – macam.
Pada Festival Layang – Layang ini ditampilkan bentuk layang – layang yang beragam misalnya bentuk 3D dan desain tertentu misalnya bentuk Dewa Hindu, kendaraan seperti mobil dan motor, maskot serta sponsor. Selama event berlangsung terdapat iringan gamelan untuk menambah semangat festival terutama saat layang – layang dinaikkan dan saat turun.
Layang – layang tradisional Bali memilikiukuran raksasa dan telah berkembang selama bertahun – tahun, luasnya sekitar 4 meter dan panjangnya 10 meter. Salah satu jenis layang – layang yaitu ‘janggan’ memiliki ekor pita yang mengagumkan dan memiliki panjang mencapai 100 meter atau lebih. Selain ukuran yang tidak biasa layang-layang di Bali juga dilengkapi dengan instrumen suara berbentuk getaran pada tali busurnya yang disebut ‘Guwang’ yang akan menghasilkan dengungan suara yang dapat didengar dari kejauhan.
Sumber: http://indonesia.travel/events/detail/1358/festival-layang-layang-bali-2016
Nov/29 | Perang Topat 2025
TripTrus.Com - Bro‑sis traveler, lo siap buat pengalaman liburan yang beda banget di Lombok? Gak cuma jalan‑jalan santai, tapi lo bakal ngerasain tradisi Perang Topat yang unik dan seru abis. Di Desa Lingsar, Lombok Barat, masyarakat muslim dan hindu bareng‑bareng lempar ketupat dalam suasana penuh tawa tapi juga sarat makna, simbol persatuan dan toleransi. Bayangin deh, lo berdiri di tengah kerumunan, ikut vibe lokal, ketawa bareng orang lain dari agama beda, sambil lihat topat beterbangan. Ini bukan cuma soal hiburan, tapi juga pengalaman budaya yang bakal nempel di memori lo, bro‑sis!
View this post on Instagram
A post shared by ading kuswara (@adingkuswara)
Jadi, Perang Topat tuh sebenernya bukan perang beneran, tapi tradisi lempar‑ketupat yang super khas. Masyarakat muslim dari suku Sasak dan masyarakat hindu dari suku Bali lempar‑lempar ketupat di area Pura Lingsar, sebagai simbol syukur panen dan persaudaraan. Ketupat yang dilempar punya makna keberuntungan dan kesuburan tanah, jadi acara ini fun tapi tetep sarat filosofi. Lo bisa lihat orang dewasa, remaja, bahkan anak‑anak ikutan, suasananya jadi rame banget tapi hangat, cocok banget buat lo yang pengen liburan sambil dapet pengalaman budaya autentik.
[Baca juga : "International Mask Festival 2025"]
Event ini biasanya diadakan di area Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB, bertepatan dengan kalender lokal Sasak atau Bali, sekitar bulan November‑Desember. Jadi, kalo lo mau dateng, harus siapin waktu pas puncaknya supaya gak ketinggalan momen epic lempar‑topat. Jangan lupa bawa outfit casual yang nyaman karena kemungkinan lo juga bakal kena cipratan ketupat atau air dari sesajen. Biar makin seru, ajak temen lo atau squad lo, biar bisa barengan ngerasain vibe lokal sekaligus foto‑in moment yang instagrammable.
Kenapa Perang Topat wajib lo datengin? Selain unik dan fun, acara ini nunjukin toleransi yang juara antara muslim dan hindu, bikin lo liat langsung gimana keberagaman bisa jadi alasan buat bareng‑bareng senang. Lo gak cuma jadi penonton, tapi bisa ikut langsung, jadi bagian dari tradisi yang udah berlangsung turun‑temurun. Sensasinya beda banget dibanding festival lain, karena lo bisa ketawa, ikutan lempar topat, sambil belajar tentang nilai kebersamaan. Serius, pengalaman kayak gini bakal lo inget terus dan bisa lo ceritain ke semua orang setelah pulang.
Jadi bro‑sis traveler, siapkan diri lo buat liburan anti mainstream di Lombok Barat. Perang Topat bukan cuma lempar ketupat doang, tapi juga momen seru penuh makna tentang perdamaian, toleransi, dan persatuan. Lo bakal bawa pulang pengalaman yang gak cuma bikin senyum tapi juga bikin lo ngerasa lebih dekat sama budaya lokal. Jadi, kapan lagi lo bisa “berperang” tapi damai, sambil menikmati budaya yang lebih besar dari diri lo sendiri? Siapin kamera, outfit nyaman, dan hati yang siap seru‑seruan, karena Perang Topat nungguin lo, bro‑sis! (Sumber Foto @officialputeraputerikebudayaan)...
more.