TripTrus.Com - Kabupaten Nagekeo di Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah mengembangkan atraksi budaya yang bisa menjadi daya tarik pariwisata lokal yaitu Tinju Etu. Budaya ini biasanya dilakukan kaum laki-laki masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo dan Ngada, Flores, NTT.
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do mengatakan, tradisi ini bisa dilihat di 31 kampung adat dan dilakukan sepanjang bulan setiap tahunnya. “Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores menawarkan Etu ini sebagai pintu masuk Nagekeo. Etu sebagai pioneer pariwisata Nagekeo,” katanya.
Untuk menunjang atraksi tersebut sebagai daya tarik wisata, pihaknya bersama Dinas Pariwisata NTT tengah menata ulang semua sistem pendukung wisata. Semua itu, seperti kerajinan, penerapan Sapta Pesona di Kampung Adat, penataan lingkungan, dan mengembangkan kamar di rumah penduduk yang layak sewa. Kabupaten Nagekeo juga mendapat bantuan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), sehingga masyarakat adat, kamar-kamarnya bisa digunakan untuk menerima tamu.
Tinju Etu merupakan sebuah atraksi budaya sebagai salah satu rangkaian acara adat untuk memperingati hari menanam hingga panen kebun. Biasanya, tinju Etu dilakukan pada Bulan Juni dan Juli setiap tahunnya. Selain itu, tradisi ini juga menjadi bagian integral dalam rangkaian adat Nageko dan Ngada yang sudah berlangsung berabad-abad.
Tinju Etu juga merupakan bagian dari ritual adat lainnya yang wajib dilaksanakan di tempat tertentu, yaitu Kisa Nata (alun-alun) dan rumah adat (sa’o waja). Kedua tempat itu merupakan pusat dari aktivitas adat dan kebudayaan masyarakat Nagekeo dan Ngada.
Wisatawan bisa mengikuti rangkaian atraksi budaya itu, bahkan sejak sehari sebelumnya. Ada serangkaian acara menarik yang diselenggarakan, seperti pertunjukkan seni musik dan tari dero. Pada hari bertarung tiba, wisatawan akan melihat para petarung terbaik mewakili masing-masing desa.
[Baca juga : "Festival Inerie"]
Ada yang menarik dalam atraksi ini. Para petarung di akhir pertandingan, petinju akan saling berpelukan dan melambaikan tangan ke penonton. Hal itu yang melambangkan sikap atau simbol perdamaian, persaudaraan, dan persatuan. Selain itu, juga karena motif atau latar belakang penyelenggaraan tinju adat ini adalah murni bagian adat untuk mempersatukan masyarakat.
Selain bisa menonton tinju adat, para wisatawan juga bisa menyaksikan bagaimana para perempuan mengambil peran sebagai penyemangat petarung melalui lagu daerah yang mereka nyanyikan. (Sumber: Artikel milenianews.com Foto victorynews.id)
Sep/13 | Festival Pinisi 2025
TripTrus.Com - Bro-Sis Traveler, siap-siap deh karena tanggal 11–13 September 2025 bakal ada event super epic: Festival Pinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan! Bayangin lo lagi menikmati vibe laut sambil nonton perahu Pinisi klasik yang terkenal ke keseluruh dunia lewat UNESCO, tapi acaranya gak kuno—masuknya malah dijadiin ajang kreatif buat lokal, UMKM, hingga ritual adat yang bikin lo bener-bener ngerasa nyatu sama budaya asli sana. Jadi, kalau lo pengen content yang meaningful sekaligus vibes chill di pantai, ini event yang wajib lo pecahin!
View this post on Instagram
A post shared by @kukunjbipanlop
1. Warisan Budaya Pinisi + Ritual Tradisional
Bro-Sis, yang bikin Festival ini beda: Kapal Pinisi—simbol maritim Bulukumba—digelar totalitas dari pembuatan sampai pelayaran, lengkap sama ritual adat kayak songka bala ribantilang, ammossi’, annyorong lopi, dan andingingi. Ritual annyorong lopi, lo tau ga? Itu ritual mendinginkan bumi yang udah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda! Jadi lo ngerasain langsung gimana budaya itu hidup, bukan cuma dipajang di museum. Festival ini ngajak lo ‘ngeh’ sama akar budaya sambil tetep seru kekinian!
2. Kolaborasi Lokal dan Ekonomi Kreatif
Lo bakal liat bagaimana penduduk Bulukumba on fire! Mereka pake momentum ini buat jualan UMKM, fashion show kerajinan tangan, produk pangan khas dan ngembangin kreativitas masyarakat lokal. Ada expo ekonomi kreatif, senandung kopi khas Kahayya, bahkan pemutaran film pendek dokumenter tentang Pinisi—semua kolaborasi antara pemerintah, Dinas Koperasi, Ekraf, Kominfo, bahkan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan support penuh. Lo gak cuma nonton, lo jadi bagian dari semangat lokal yang mau survive dan berkembang!
[Baca juga : "Rang Solok Baralek Gadang 2025"]
3. Gabungan Seru Hiburan & Sosial
Gak cuma budaya dan ekonomi, Bro-Sis! Festival ini juga ngeblend unsur sosial dan fun bareng: ada pasar murah, sunatan massal, pemeriksaan kesehatan gratis, berbagi telur buat generasi makan sehat (#GemarMakanTelur), bantuan bahan pangan untuk yang butuh, lomba hias perahu, sampe rekor MURI makan ikan terbanyak! Dan semua itu dikemas bareng karnaval budaya, panggung seniman lokal, pemilihan duta wisata kabupaten, hingga kegiatan konservasi lingkungan. Lo bisa main, nonton, peduli—semua bisa lo rasain di satu festival!
Bro-Sis Traveler, Festival Pinisi tuh bukan sekadar event—dia panggilan buat lo yang pengen traveling punya makna. Dari iconic-nya kapal Pinisi dan ritual adat yang kental, sampai kolaborasi ekonomi kreatif, seni lokal, dan misi sosial yang dibawa. Lo gak cuma dapet konten kece, tapi lo juga bantu masyarakat lokal dan jadi bagian cerita budaya yang sesungguhnya. Jadi siapin tiket, outfit pantai yang comfy tapi estetik, karena Festival Pinisi 2025 bakal ngebawa lo ke cerita laut, heritage, dan kreativitas yang anti-mainstream! (Sumber Foto: @sanggarsaorajae)...
more.