TripTrus.Com - Di sepanjang pegunungan Bukit Barisan sebelah barat pulau Sumatra, membentang sungai yang oleh masyarakat setempat disebut ‘Kampar’. Sungai yang mengalir deras itu berkelok-kelok di seluruh Provinsi Riau hingga ke Selat Malaka. Di sepanjang jalurnya, sungai itu terbelah menajdi dua cabang besar: Kampar Kanan dan Kampar Kiri.
Kemudian, kedua cabang Kampar ini bertemu di Langgar, tepatnya di Kabupaten Pelalawan. Di muara tersebut, kedua cabang Kampar bergabung dengan banyak aliran dari sungai lainnya. Sehingga, Kampar berlayur ke mulut sungai yang lebar.
Saat air laut pasang, ombak tinggi terhempas dan bertemu arus hilir sungai Kampar. Dua energi pun bertemu, dan gelombang pasang surut Kampar yang fenomenal terbentuk hingga mengalir deras di pedalaman dan berguling ke leboh dari 60 km ke hulu sungai. Gelombang pasang ini kemudian disebut oleh masyarakat setempat sebagai “Bono”. Dengan kecepatan 40 km per jam, Bono bisa naik setinggi 4 hingga 6 meter dengan suara gemuruh keras yang khas. Hal ini sekaligus menciptakan barrel yang sangat disukai oleh para peselancar.
[Baca juga : "Festival Kerinci 2019"]
Pada puncak Bono, dapat bermunculan 21 gelombang. Sehingga, 21 peselancar dapat berselancar secara bersamaan. Pertama kali ditemukan oleh bore-rider asal Prancis dan Brasil, kini kegiatan berselancar di aliran sungai Kampar tersebut rutin diadakan setiap tahun sebagai ajang festival selancar bertajuk ‘Bekudo Bono’. Sepanjang festival olahraga air ini, telah tercatat rekor dunia berselancar bono terlama sejauh 17,2 km. (Sumber: Artikel spektakel.id Foto riaubook.com)