Susun Agenda Perjalanan bertualan Anda dengan mengikuti puncak perayaan Festival Bau Nyale 2017 yang diselenggarakan di Pantai Seger Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Disamping penangkapan nyale, acara inti dari Festival Bau Nyale 2016 adalah gelar drama kolosal yang menceritakan perjalanan Putri Mandalika. Setiap tahun, Festival Bau Nyale dilaksanakan di Pantai Seger karena menurut kisah setempat di sinilah Putri Mandalika menceburkan diri ke laut lepas. Ada cerita dramatis di balik legenda Nyale yang dapat Anda dengar dari warga sekitar.

Sumber: Foto travel.kompas.com
Bau Nyale adalah sebuah tradisi menangkap nyale atau cacing yang banyak dilakukan oleh penduduk Lombok yang berdomisili di bagian selatan, khususnya penganut Wetu Telu. Tradisi ini dikaitkan dengan cerita Putri Mandalika yang konon diperebutkan banyak pangeran. Sang putri tidak bisa menemtukan pilihan dan akhirnya memutuskan menceburkan diri ke laut. Nyale yang keluar setahun sekali di Laut Selatan Lombok Tengah ini dipercaya merupakan jelmaan rambut Putri Mandalika.
Upacara penangkapan nyale sangat meriah saat dimana masyarakat berkerumun mencari nyale di sepanjang pantai. Pada malam sebelum festival berlangsung, biasanya masyarakat melakukan ritual sendiri di rumah mereka masing-masing. Beberapa ritual bau nyale adalah memotong ayam dan membuat ketupat.
Penasaran Akan Festivalnya? Silahkan Ke Pantai Seger Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tanggal 18 Februari 2016 (Sumber: Artikel sisijalan.com Foto maritimenews.id)
Nov/29 | Perang Topat 2025
TripTrus.Com - Bro‑sis traveler, lo siap buat pengalaman liburan yang beda banget di Lombok? Gak cuma jalan‑jalan santai, tapi lo bakal ngerasain tradisi Perang Topat yang unik dan seru abis. Di Desa Lingsar, Lombok Barat, masyarakat muslim dan hindu bareng‑bareng lempar ketupat dalam suasana penuh tawa tapi juga sarat makna, simbol persatuan dan toleransi. Bayangin deh, lo berdiri di tengah kerumunan, ikut vibe lokal, ketawa bareng orang lain dari agama beda, sambil lihat topat beterbangan. Ini bukan cuma soal hiburan, tapi juga pengalaman budaya yang bakal nempel di memori lo, bro‑sis!
View this post on Instagram
A post shared by ading kuswara (@adingkuswara)
Jadi, Perang Topat tuh sebenernya bukan perang beneran, tapi tradisi lempar‑ketupat yang super khas. Masyarakat muslim dari suku Sasak dan masyarakat hindu dari suku Bali lempar‑lempar ketupat di area Pura Lingsar, sebagai simbol syukur panen dan persaudaraan. Ketupat yang dilempar punya makna keberuntungan dan kesuburan tanah, jadi acara ini fun tapi tetep sarat filosofi. Lo bisa lihat orang dewasa, remaja, bahkan anak‑anak ikutan, suasananya jadi rame banget tapi hangat, cocok banget buat lo yang pengen liburan sambil dapet pengalaman budaya autentik.
[Baca juga : "International Mask Festival 2025"]
Event ini biasanya diadakan di area Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB, bertepatan dengan kalender lokal Sasak atau Bali, sekitar bulan November‑Desember. Jadi, kalo lo mau dateng, harus siapin waktu pas puncaknya supaya gak ketinggalan momen epic lempar‑topat. Jangan lupa bawa outfit casual yang nyaman karena kemungkinan lo juga bakal kena cipratan ketupat atau air dari sesajen. Biar makin seru, ajak temen lo atau squad lo, biar bisa barengan ngerasain vibe lokal sekaligus foto‑in moment yang instagrammable.
Kenapa Perang Topat wajib lo datengin? Selain unik dan fun, acara ini nunjukin toleransi yang juara antara muslim dan hindu, bikin lo liat langsung gimana keberagaman bisa jadi alasan buat bareng‑bareng senang. Lo gak cuma jadi penonton, tapi bisa ikut langsung, jadi bagian dari tradisi yang udah berlangsung turun‑temurun. Sensasinya beda banget dibanding festival lain, karena lo bisa ketawa, ikutan lempar topat, sambil belajar tentang nilai kebersamaan. Serius, pengalaman kayak gini bakal lo inget terus dan bisa lo ceritain ke semua orang setelah pulang.
Jadi bro‑sis traveler, siapkan diri lo buat liburan anti mainstream di Lombok Barat. Perang Topat bukan cuma lempar ketupat doang, tapi juga momen seru penuh makna tentang perdamaian, toleransi, dan persatuan. Lo bakal bawa pulang pengalaman yang gak cuma bikin senyum tapi juga bikin lo ngerasa lebih dekat sama budaya lokal. Jadi, kapan lagi lo bisa “berperang” tapi damai, sambil menikmati budaya yang lebih besar dari diri lo sendiri? Siapin kamera, outfit nyaman, dan hati yang siap seru‑seruan, karena Perang Topat nungguin lo, bro‑sis! (Sumber Foto @officialputeraputerikebudayaan)...
more.