Masjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate terletak di Jl. Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, 100 meter dari kedaton Kesultanan Ternate. Belum ditemukan angka pasti mengenai tanggal berdirinya masjid namun diyakini berdiri pada zaman Kolano Zainal Abidin (1486-1500).
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah sholat juga sebagai tempat melakukan upacara-upacara adat. Masjid ini terkenal unik karena memiliki peraturan-peraturan yang berbeda dengan masjid pada umumnya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain kewajiban menggunakan celana panjang dan larangan menggunakan sarung ketika sholat, serta kewajiban menggunakan kopiah (penutup kepala).
Salah satu tradisi yang dilakukan di masjid ini adalah Kolano Uci Sabea yang berarti Turunnya Sultan ke Masjid untuk berdoa. Meskipun menurut kepercayaan sultan memang harus sholat di Sigi Lamo (Masjid Sultan). Namun tradisi Kolano Uci Sabea ini memiliki perbedaan seperti kedatangan sultan yang ditandu, adzan yang dikumandangkan oleh 4 Muadzin dan ritual doa oleh sultan dan permaisuri di ruangan khusus kedaton dilanjutkan dengan sungkem warga kepada sultan. Tradisi ini dilakukan 4 kali setahun, pada malam Qunut, malam Lailatul Qadar, Idul Fitri dan Idul Adha.
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah sholat juga sebagai tempat melakukan upacara-upacara adat. Masjid ini terkenal unik karena memiliki peraturan-peraturan yang berbeda dengan masjid pada umumnya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain kewajiban menggunakan celana panjang dan larangan menggunakan sarung ketika sholat, serta kewajiban menggunakan kopiah (penutup kepala).
Salah satu tradisi yang dilakukan di masjid ini adalah Kolano Uci Sabea yang berarti Turunnya Sultan ke Masjid untuk berdoa. Meskipun menurut kepercayaan sultan memang harus sholat di Sigi Lamo (Masjid Sultan). Namun tradisi Kolano Uci Sabea ini memiliki perbedaan seperti kedatangan sultan yang ditandu, adzan yang dikumandangkan oleh 4 Muadzin dan ritual doa oleh sultan dan permaisuri di ruangan khusus kedaton dilanjutkan dengan sungkem warga kepada sultan. Tradisi ini dilakukan 4 kali setahun, pada malam Qunut, malam Lailatul Qadar, Idul Fitri dan Idul Adha.
