TRIPTRUS - Indonesia sebagai salah satu negara produsen beras terbesar di dunia juga merupakan bangsa yang paling banyak mengonsumsi beras. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 135 kilogram (kg) beras dalam bentuk nasi per tahunnya. Angka ini jauh lebih besar dari Thailand yang rata-rata penduduknya menghabiskan 60-75 kg per tahunnya. Tapi ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki makanan pokok dalam bentuk lain.
Salah satu makanan pokok di Indonesia adalah sagu. Makanan yang lebih sering terlihat dalam bentuk tepung ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi tapi memiliki kandungan lemak yang rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes karena tidak cepat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah. Makanan yang berasal dari pohon sagu ini pun ternyata berguna meningkatkan kekebalan tubuh karena dapat berfungsi sebagai prebiotik. Kadar serat yang tinggi dalam sagu juga cocok untuk yang sedang diet menurunkan berat badan, karena lebih cepat merasa kenyang saat memakan sagu.
Di Indonesia, sagu diolah jadi berbagai macam makanan dan minuman , seperti cenil, ongol-ongol, cendol, Dan hal lain yang tidak banyak diketahui, sagu dinikmati oleh orang Indonesia mulai dari Aceh hingga ke Papua sebagai makanan pooko. TripTroops penasaran apa saja bagaimana cara menikmati sagu? Ayo lihat berbagai variasi menikmati hidangan khas sagu dari berbagai daerah di Indonesia.
Simelue
Di Kabupaten Simelue, Provinsi Aceh, Sagu biasanya dimakan seperti nasi. Sari pati sagu dimasak di dalam wajan tanpa minyak hingga berwarna kecoklatan. Sagu kering ini disantap dengan ikan bakar tanpa kuah saat masih panas. Meski rasanya tawar, tapi aroma wangi sagu yang dimasak akan membuatnya jadi sedap, apalagi jika ditambah sambal pedas dan ikan bakar yang baru dipanggang. Selain itu, ada beberapa masakan khas Simelue yang menggunakan sagu seperti Lompong Sagu, Sanggal Batouk, Martabak Tabbaha dan Tabbaha Longon.
Palopo
Langsung lompat ke Pulau Sulawesi. Di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, sagu dinikmati dalam bentuk makanan bernama Kapurung. Kapurung adalah sagu dicampur dengan sayur berkuah yang ditambahkan ikan, udang daging (ayam atau sapi) dan bumbu kacang tanah yang digiling kasar. Makanan khas masyarakat daerah Luwu juga dikenal dengan nama Pugalu. Berbeda dengan Papeda dari Maluku dan Papua atau Sinonggi dari Kendari, bubur sagu dalam Kapurung dibentuk bulat-bulat sedikit lebih besar dari bakso. Kapurung yang dinikmati saat masih panas dengan kuah berasa asam dari perasan jeruk purut dan potongan cabai adalah makanan favorit masyarakat Luwu untuk makan siang.
Kendari
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sagu diolah menjadi Sinonggi, makanan khas Suku Tolaki. Meski tampilannya hampir mirip dengan Papeda, cara menikmati Sinonggi sedikit berbeda. Sinonggi disantap dengan mencampurkan bubur sagu langsung dengan kuah ikan, sayur dan sambal dabu-dabu. Penikmat Sinonggi bisa melahapnya dengan sayur bening atau sayur santan. Ditambah pula dengan kuah ikan atau kuah daging yang dimasak tawooloho. Tawooloho berarti dimasak dengan daun belimbing asam. Nama sinonggi sendiri berasal dari kata Posonggi, yaitu bahasa Tokaki yang berarti alat mirip sumpit yang digunakan untuk mendulang sinonggi dari wadahnya. Untuk memindahkan sinonggi dari wadah ke dalam piring harus membuat buntalan sinonggi dengan menggunakan sumpit yang disediakan.
Masyarakat Tolaki punya cara khas untuk menikmati sinonggi, yang disebut mosonggi, yaitu menyuap sinonggi dengan tangan, menyeruput kuah langsung dari piring atau mangkuk, sambil duduk di lantai. Enggak usah ja-im (jaga image) saat mosonggi, karena tradisi mosonggi biasa dilakukan pada saat makan bersama keluarga atau perayaan.
Maluku dan Papua
Di Maluku dan Papua, Sagu merupakan makanan pokok karena dahulu beras sulit untuk ditemukan. Bubur sagu diberi nama papeda. Seperti Sinonggi, papeda juga diambil dari wadahnya menggunakan tongkat kayu mirip sumpit. Yang membuat papeda berbeda dari sinonggi adalah papeda biasanya dinikmati dengan kuah ikan dan tidak menggunakan daging. Ikan yang digunakan bisa berupa ikan tongkol, ikan gabus, kakap merah, bobara, hingga ikan kue. Papeda juga disertai dengan sayur ganemo yang terbuat dari daun melinjo muda dan bunga pepaya muda yang ditumis dengan tambahan cabai merah. Rasa kuah ikan yang asam dan segar bercampur sedikit rasa pahit dari bunga pepaya akan membuat pengalaman menikmati papeda jadi penuh dengan rasa yang berbeda.
Photos courtesy of: Wikipedia