TripTrus.Com - Komunitas sepeda dengan bagian bawah jok atau sadel yang dimodifikasi bisa bergerak lunak alias fleksibel di Kecamatan Lasem semakin dikenal. Komunitas sepeda yang lebih mudah dikenal sebagai sepeda kuno itu anggotanya banyak merupakan kalangan bocah remaja di kecamatan tersebut.
Meskipun berawal dari hobi bersepeda, ternyata dalam perkembangannya komunitas di bawah binaan Babinkamtibmas Polsek Lasem Brigadir Wisnu Santoso itu, memberikan lebih banyak manfaat. Yang paling menonjol adalah mengenalkan potensi wisata pusaka dan budaya Lasem kepada masyarakat.
Pasalnya, komunitas yang saat ini bernaggotakan sekitar 45 anak kerap menggelar pawai sepeda ulo dengan berkeliling ke titik-titik wisata pusaka di Lasem. Mereka kemudian berfoto dengan latar belakang wisata pusaka tersebut untuk selanjutnya mengunggahnya ke media sosial.
Kebiasaan itu ternyata cukup ampuh mengenalkan Lasem sebagai kota pusaka kepada khalayak umum. Sebab, banyak respons dari pengguna media sosial dengan menanggapi komunitas tersebut sekaligus destinasi wisata pusaka Lasem.
Pembina komunitas sepeda ulo, Brigadir Wisnu Santoso atau yang lebih sering disapa Wiwik mengatakan, manfaat lain keberadaan komunitas ini adalah membentengi bocah-bocah remaja Lasem dari potensi salah pergaulan.
Dengan keaktifan di dalam komunitas, membuat mereka tidak memiliki cukup waktu kosong untuk sekedar mencoba hal-hal negatif yang banyak bersebaran di lingkungan masyarakat. Kebiasaan berkumpul saat luang dengan bersepeda ulo membuat mereka benar-benar nyaman jauh dari barang-barang terlarang seperti narkoba.
“Disebut sepeda ulo, karena di bawah sadel sudah dimodifikasi, supaya jalannya sepeda dapat meliak–liuk seperti ulo (ular). Cukup menarik ketika pawai, karena tidak seperti laju sepeda pada umumnya. Nuansa humornya juga begitu kental,” kata Wiwik.
Biasanya, komunitas sepeda ulo kerap menggelar pawai dengan titik fokus Desa Bagan. Selain karena Wiwik merupakan Babinkamtibmas di desa tersebut, Bagan dipilih lantaran cukup banyak menjadi lokasi peninggalan-peninggalan sejarah masa lalu dan juga kampung batik.
“Tiap ada showroom batik, anggota komunitas selalu berkumpul di sana dan berpawai. Mereka berfoto dengan latar belakang batik tulis Lasem, kemudian diunggah ke berbagai media sosial. Biasanya finish diakhiri di halaman klentheng Gie Yong Bio Bagan,” ujarnya. (Sumber: Artikel-Foto suaramerdeka.com)