TripTrus.Com - Puluhan desa wisata di Indonesia telah masuk dalam daftar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Ragam potensi dan keunikan menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang ingin berwisata ke desa tersebut. Desa-desa wisata ini memiliki beragam potensi, mulai dari ekonomi kreatif hingga kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Beberapa desa wisata yang masuk dalam ADWI 2023 terletak di dataran tinggi.
View this post on Instagram
Keindahan alam dan kearifan lokal dari desa wisata menjadi paket wisata yang lengkap dan menarik bagi wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Berikut adalah daftar desa wisata yang memiliki lokasi tertinggi di Indonesia, mengutip laman resmi kemenparekraf.go.id:
1. Kampung Bena Inire
Berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Desa Tiwu Riwu, Jerebu'u, Ngada. Desa wisata ini berada di kaki Gunung Inerie dengan ketinggian mencapai 2.245 mdpl. Kampung Bena Inire memiliki udara dan hawa sejuk, lengkap dengan rumah-rumah adat yang sudah ada sejak zaman Megalitikum. Berbeda dengan bangunan rumah pada umumnya, rumah adat di Kampung Bena Inire masih sangat tradisional. Bahkan atap rumah terbuat dari alang-alang dan lantai rumahnya terbuat dari bebatuan gunung. Kearifan lokal yang terus dijaga di sini adalah menenun.
2. Desa Argosari
Berada di ketinggian 2.000 mdpl, Desa Argosari di kaki Gunung Bromo termasuk dalam desa tertinggi di Indonesia. Tepatnya ada di Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Desa Argosari terkenal dengan pemandangan "Negeri di Atas Awan" yang mampu memukau siapa saja yang berkunjung. Desa ini merupakan tempat tinggal Suku Tengger, warga Desa Argosari juga masih sangat kental dengan adat istiadat. Salah satunya adalah Upacara Karo yang diadakan pada bulan ke-2 Tahun Saka Hindu Tengger. Upacara Karo bertujuan untuk mengembalikan kesucian dan penghapusan dosa warga Suku Tengger. Tentunya kearifan lokal seperti ini menjadi daya tarik wisata bagi Desa Wisata Argosari.
3. Desa Kete Kesu
Terletak di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu desa tertinggi di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi. Desa ini berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Sanggalangi, Toraja Utara, dengan ketinggian sekitar 1.400 mdpl di lereng-lereng pegunungan. Selain menikmati pemandangan perbukitan, Sobat Parekraf juga dapat menyaksikan budaya leluhur yang masih terjaga hingga kini.
Salah satu kearifan lokal yang lestari di Desa Kete Kesu adalah pemakaman adat yang diletakkan di gua-gua di atas tebing. Selain itu, Sobat Parekraf dapat melihat Tongkonan, rumah tradisional Toraja yang merupakan sebuah rumah panggung dengan atap seperti tanduk kerbau yang menjulang tinggi, lengkap dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
4. Desa Sembungan
Salah satu desa tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 2.300 mdpl, terletak di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Desa wisata ini memiliki pemandangan alam yang indah dan kearifan lokal yang masih terjaga, sehingga mendapat peringkat 1 Desa Rintisan ADWI 2022. Desa Sembungan dijuluki Desa Tertinggi di Pulau Jawa dan menyediakan berbagai destinasi wisata populer yang mempesona, seperti Puncak Sikunir, Gunung Pakuwaja, Telaga Cebong, dan Curug Sikarim. Budaya lokal di Desa Sembungan juga dilestarikan, seperti adat Ruwat Gimbal yang diadakan setiap tanggal 1 dalam kalender Jawa Suro. Ruwat Gimbal adalah upacara adat pemotongan rambut pada anak berambut gimbal untuk membersihkan dari hal buruk dan biasanya digelar antara bulan Agustus-September.
[Baca juga : "Tempat Wisata Favorit Orang Indonesia Ternyata Bukan Hanya Bali!"]
5. Desa Wisata Ranupani
Desa tertinggi di Indonesia selanjutnya, terletak di Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur, dengan ketinggian 2.100 mdpl. Desa Wisata Ranupani adalah basecamp resmi pendakian Gunung Semeru dan memiliki daya tarik wisata berupa Danau Ranupani, danau tertinggi di Indonesia dengan luas sekitar 7.500 meter persegi. Selain itu, di desa wisata ini juga terdapat Rumah Budaya Ranupani yang sering digunakan untuk pergelaran tari dan musik tradisional. Desa Wisata Ranupani masih menjaga adat istiadat leluhur dengan menggelar tradisi Unan-unan setiap 5 tahun sekali, tepatnya pada tahun "Landung" menurut penanggalan tradisional. Tradisi Unan-unan adalah menanam kepala kerbau yang ditujukan untuk membersihkan desa agar selamat dari malapetaka. (Sumber Foto @indah_dp)