Rasanya tak berlebihan jika menyebut Bali sebagai surganya pantai. Pantai lain yang juga tak kalah menariknya di Pulau Bali adalah Pantai Padang Bai.Pantai ini terletak di pelabuhan penyeberangan Bali - Lombok. Meskipun pantai ini merupakan jalur penyebrangan, namun kebersihannya tidak lantas terlupakan. Pantai ini cukup akrab terutama bagi para pecinta olahraga memancing dan juga menyelam. Meskipun posisinya bersebelahan dengan pelabuhan namun biota laut yang terdapat di panta ini masih sangat terjaga dengan baik. Arus yang tidak stabil dan kadangkala kencang, menjadi perhatian tersendiri terutama bagi Anda yang berniat melakukan penyelaman di lokasi ini.Sedikit berbeda dengan pantai-pantai lain di Bali. Pantai ini menawarkan sebuah suasana wisata pantai yang tenang dengan kondisi yang kontras dengan Pantai Kuta yang ramai dengan hiruk pikuk pengunjungnya.Nah, jika Anda penasaran, jangan lewatkan kunjungan Anda ke Pantai Padang Bai. Sebuah pengalaman wisata pantai yang mungkin saja berbeda dari yang pernah Anda rasakan sebelumnya.
Smber: http://www.indonesiakaya.com
Pada awalnya Benteng dikenal dengan nama Tolukko, lalu kemudian lebih dikenal dengan nama Benteng Hollandia ini, yang didirikan pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang panglima Portugis. Menurut kabar nama Tolukko merupakan nama dari pengusa kesepuluh yang duduk di singgasana Ternate yaitu Kaicil Tolukko, tetapi pada tahun 1692 sultan ini baru memerintah jadi nama benteng ini tidak mungkin diberikan untuk mengikuti nama Sultan tersebut. Benteng tersebut diperbaiki oleh Pieter Both, seorang Belanda pada tahun 1610. Dan digunakan untuk pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang sedang menggempur pulau Ternate.Benteng ini dipakai sebagai tempat untuk melarikan diri dari serangan Spanyol supaya mau kembali tinggal di tempat ini. Sebagian besar rakyat melarikan diri ke Benteng Malayo. Menurut laporan ada 15 hingga 20 tentara di dalam benteng ini, lengkap dengan sejumlah persenjataan dan amunisi. Pada tahun 1627 di bawah pemerintahan Gubernur Jacques le Febre, mengatakan bahwa benteng letak tidak jauh di atas bukit di sebelah Utara Benteng Malayo ini, dan dilengkapi dengan dua menara kecil.Pada waktu itu dipimpin oleh seorang Korporal yang didatangkan dari Benteng Malayo dan menjadi sumber pemasokan bahan pangan untuk 22 orang tentara yang bertugas di dalam Benteng Tolukko. Dewan Pemerintahan Belanda mengijinkan Sultan Mandarsyah dari Ternate Pada tahun 1661, bersama pasukannya untuk tinggal di dalam benteng ini. Dengan hadirnya Sultan, maka garnizun Belanda yang ada di dalam Benteng Tolukko dikurangi sampai 160 orang. Pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang benteng Tolukko pada tanggal 16 April 1799, namun mereka berhasil untuk mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC. Penduduk kota Ternate pada bulan Juni 1797 kini berjumlah 3.307 jiwa, akibat pertempuran dan khususnya pengepungan yang berkepanjangan oleh pasukan Nuku. Kemudian tinggal 2.157 jiwa.Yang lain meninggal karena peperangan dan kelaparan atau melarikan diri ke Halmahera. Pada tahun 1864 di bawah pimpinan Residen P. Van der Crab, karena hampir seluruh bangunan sudah rusak maka benteng ini dikosongkan. Pada tahun 1996, dibangun kembali, namun upaya yang dilakukan malah menghilangkan keaslian bangunan seperti dihilangkannya terowongan bawah tanah yang berhubungan langsung dengan laut.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Karapan sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura Jawa Timur, bagi kebanyakan masyarakat Madura karapan sapi tidak hanya sebuah pesta rakyat atau acara yang diselenggarakan tiap tahun yang diwarisi secara turun temurun. Tetapi karapan sapi bagi masyarakat Madura adalah bentuk symbol prestise yang dapat mengangkat harkat dan martabat masyarakat Madura, karena sapi yang digunakan untuk pertandingan merupakan sapi sapi yang berkualitas sangat baik tentu dengan perlakuan yang istimewa pula.Pulau Madura tidak hanya dikenal sebagai penghasil garam, tetapi juga penghasil sapi sapi pacuan yang berkualitas sangat baik. Tidak jarang sang pemilik sapi mempersiapkan sapi pacuannya dengan memberikan pijatan khusus dan makanan tidak kurang dari 80 butir telur setiap harinya, agar stamina dan kekuatan sapi sapi tersebut terjaga. Bahkan perlakuan istimewa sapi sapi tersebut dibeberapa rumah terlihat ada yang menghiasi garasi bukan kendaraan mobil tetapi malah sapi tersebut yang berada digarasi rumah. Maklum saja karena untuk sapi yang memenangkan pertandingan dapat mencapai harga Rp 75 juta per ekornya.Dalam perayaan karapan sapi ini, harga diri para pemilik sapi dipertaruhkan. Kalau mereka dapat memenangkan pertandingan, selain hadiah uang didapat biasanya hadiah dari pertaruhan juga mereka dapatkan. Kalau mereka kalah dalam pertandingan ini, harga diri pemilik jatuh dan mereka habis uang yang tidak sedikit untuk karapan sapi ini. Karena perawatan sapi – sapi sebelum pertandingan mahal, dan biasanya mereka menyewa dukun agar menjaga sapinya selamat dari serangan jampi-jampi musuh mereka.Perayaan besar karapan sapi ini diadakan 1 kali dalam setahun, tetapi untuk menuju final harus memenuhi beberapa tahapan terlebih dahulu. Ada dua macam perayaan karapan sapi di Madura, yang pertama adalah Presiden Cup dan Bupati Cup. Untuk Bupati cup biasanya diadakan 2 kali dalam setahun, para pemenang dari bupati cup ini biasanya akan melanjutkan pertandingannya ke Presiden cup, untuk para fotografer momen yang bagus adalah pada saat Bupati Cup. Karena Bupati Cup biasanya diadakan dipinggiran kota, garis pembatas hanya terbuat dari anyaman bambu yang membuat acara ini semakin tradisional, tetapi faktor keamanan karapan sapi Bupati Cup ini sangat kurang jadi berhati hatilah pada saat mengambil momen foto. Yang meriah setelah bupati cup adalah Presiden Cup, acara ini sangat meriah dan ramai. Karena sebagian besar yang mengikuti Presiden Cup ini biasanya adalah para pemenang di Bupati Cup, acara besar ini diselenggarakan di kota Bangkalan dan perayaannya antara bulan September atau Oktober.Dalam even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi disekelilingi pacuan disertai alat musik seronen perpaduan alat musik khas Madura sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180 sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki terkadang bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara karena cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut. Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar pantat sapi. Setelah bertanding sapi tersebut diberikan beberapa waktu agar luka itu sembuh, tetapi sapi yang dipertandingan dikarapan ini hanya 2 sampai dengan 3 kali saja diberikan pertandingan dan tidak boleh lebih.Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1 sampai dengan 2 detik saja, dan hal ini terkadang membuat pihak yang kalah memprotes. Tetapi mereka diberikan kesempatan untuk bertanding lagi dengan yang kalah, dan saat yang membahagiakan bagi para pemenang. Selain mendapat hadiah, biasanya hadiah taruhan jg mereka dapatkan. Selain harga sapi pemenang dapat membumbung tinggi harganya.Karapan Sapi di Madura merupakan pagelaran yang sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini. Semoga kedepannya semakin meriah dan ajang taruhan yang menghiasi karapan sapi tersebut bisa hilang. Kalau Anda mampir ke Surabaya, tidak ada salahnya melihat jadwal dan menonton karapan sapi tersebut.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Selain dikenal sebagai kota ukiran, Jepara juga dikenal dengan wisata pantainya. Ada beberapa pantai indah nan eksotis di kota kelahiran R.A. Kartini ini. Salah satunya adalah Pantai Bandengan yang memiliki pesona pasir putih yang lembut. Pantai Bandengan berada dekat dengan pusat Kota Jepara. Diperlukan sekitar 30 menit dari pusat kota untuk bisa merasakan nikmatnya suasana Pantai Bandengan. Hembusan angin pantai yang sejuk, mendengar suara deburan ombak, dan memandang laut lepas yang indah merupakan pesona yang bisa Anda dapatkan di sini. Putihnya pasir dengan teksturnya yang lembut membuat Anda betah berlama-lama bermain dengan hamparan pasir di pantai yang terletak di Desa Bandengan, Kecamatan Jepara.Selain menikmati pemandangan pantai, Anda dapat pula mencoba olahraga air seperti jetski. Kapal karet yang biasa digunakan untuk berarum jeram di sungai juga dapat Anda coba untuk bersenang-senang menikmati arus ombak di pantai ini. Keasyikan bermain perahu karet di laut lepas dengan deburan ombak yang menghantam perahu akan memberikan kesenangan yang berbeda ketika Anda menghabiskan waktu di Pantai Bandengan.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Sebuah tali terbentang dengan panjang 110 meter dan kedalaman hingga 70 meter adalah salah satu pemandangan flying fox tertinggi yang ada di Indonesia. Tubuh Anda akan diayun menyebrangi bukit ke bukit yang ada di lereng Gunung Ungaran. Inilah Umbul Sidomukti, sebuah kawasan wisata alam yang menyajikan pemandangan alam khas pegunungan. Terletak di ketinggian 1200 dari permukaan laut, membuat wisata alam ini sangat dingin dengan hawa khas pegunungan. Latar berlakang Gunung Ungaran yang menjadi landasan, memberikan sebuah pemandangan pegunungan yang indah hingga mata anda tidak merasa jenuh dengan panorama yang disajikan Umbul Sidomukti.Sidomukti adalah sebuah nama desa yang terdapat di daerah Ungaran dan telah dijadikan desa wisata oleh pemerintah Semarang. Kawasan ini menjadi salah satu andalan di Kota berjuluk kota lumpia karena memberikan suasana yang santai dan nyaman dengan kesejukan udara lereng Gunung Ungaran. Sebuah Taman renang dengan mata air pegunungan bisa Anda coba dan dapat memberikan kesegaran saat berada dikolam dengan air yang dingin. Pikiran dan raga yang lelah dengan segala rutinitas, hilang seketika saat berenang dengan latar belakang pemandangan lereng Gunung Ungaran. Birunya langit bercampur dengan hijaunya hamparan pohon-pohon yang mengelilingi bukit sambil ditemani sejuknya hembusan angin di lembah Umbul Sidomukti membuat tubuh seolah-olah enggan untuk beranjak pergi meninggalkan wisata alam ini.Selain berenang, Anda juga bisa merasakan sensasi beberapa permainan yang bisa memacu adrenalin, salah satunya bermain ketangkasan saat melintasi Marine Bridge. Untuk bisa melintasi jembatan ini, Anda perlu sedikit nyali besar karena keseimbangan dan mental Anda akan diuji saat berjalan melintasi jembatan ini.Bermain Rapeling juga tidak kalah menantangnya. Sebuah permainan yang mungkin dapat menguji nyali Anda. Tubuh akan berjalan turun dan di gantung dengan seutas tali sungguh membuat permainan ini layak untuk dicoba. Kemiringan 90 derajat dan ketinggian 30 meter tentunya akan memberikan sensasi turun tebing yang memacu adrenalin. Anda juga dapat melakukan trekking, melintasi lereng Ungaran yang masih terjaga keindahan alamnya membuat jalan menjelajahi lereng Gunung Ungaran terasa mengasikkan. Hutan pinus yang tersebar hingga air terjun akan menjadi sebuah pengalaman jalan-jalan menyenangkan yang tidak akan terlupakan.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Indonesia menyimpan ribuan potensi wisata dan salah satu yang terkenal hingga ke mancanegara adalah Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas Adalah salah satu perwakilan ekosistem hutan dataran rendah, dimana di salah satu lokasinya ada tempat pelatihan gajah pertama di Indonesia.Gajah-gajah yang dilatih, ditempatkan di pusat latihan gajah. Dan dapat dijadikan gajah tunggang, atraksi, pengangkut kayu atau membantu membajak sawah. Pusat pelatihan gajah ini berdiri tahun 1985.Pengunjung juga dapat berkemah di lokasi perkemahan yang ada di dalam lokasi Taman Nasional Way Kambas.Menarik bukan? Jangan lupa mampir ke Way Kambas saat Anda berkunjung ke Lampung.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Untuk urusan memakamkan jenazah, masyarakat Toraja memiliki keunikan tersendiri. Ada yang memakamkan jenazah di liang tebing, atau disemayamkan di sebuah makam kayu berbentuk tongkonan yang disebut patane. Lalu ada juga peti mati yang terbuat dari kayu dan dipahat berbentuk hewan, atau yang biasa disebut dengan Erong.Wisatawan bisa mengunjungi beberapa lokasi pemakaman yang telah menjadi obyek wisata di Tana Toraja. Misalnya: Londa, yang merupakan tempat pemakaman tua yang berada di dalam gua batu yang dipahat. Nuansa mistis, ditambah udara lembab dan dingin, langsung terasa begitu memasuki pintu gerbang lokasi wisata ini. Di dalam gua tersebut bisa dijumpai deretan puluhan erong serta tengkorak dan tulang belulang yang berserakan karena erongnya sudah rusak dimakan usia. Lokasi pemakaman ini milik Lengkong dan To’Para’pak, keturunan Tandilino, orang pertama yang membuat erong. Erong-erong tersebut diletakkan berkelompok berdasarkan keluarga dan masing-masing kelompok diberi jarak. Konon, jenazah yang ada di Londa ada yang sudah berusia 500 tahun.Londa terletak di desa Sandan Uai Kecamatan Sanggalai yang berjarak tujuh kilometer ke arah selatan kota Rantepao. Untuk mencapai pekuburan, pengunjung harus menuruni anak tangga sekitar 100 meter. Dan sebelum mulai menuruni tangga, sebaiknya pengunjung menyewa lampu penerangan seharga Rp 20.000, itu belum termasuk uang tip untuk pemandu yang sekaligus berfungsi sebagai pemegang lampu.Lalu ada Tampang Allo yang merupakan kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Sangalla' dan berisikan puluhan Erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak serta tulang belulang manusia. Pemilihan gua Tampang Allo ini memiliki sejarah tersendiri. Sekitar abad XVI, Sang Puang Manturino, penguasa Sangalla', bersama istrinya, Rangga Bualaan, membuat janji “sehidup semati sekubur berdua” dan memilih gua Tampang Allo sebagai tempat pemakaman mereka kelak jika meninggal dunia. Goa Tampang Allo berjarak 19 kilometer dari Rantepao dan 12 kilometer dari Makale.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Setiap tahun, Tanah Lot dikunjungi oleh sekitar satu juta wisatawan domestik dan mancanegara. Bisa dikatakan tempat ini menjadi salah satu ikon kepariwisataan Provinsi Bali. Erosi yang disebabkan oleh air laut telah membentuk sejumlah gua di sekitarnya, yang menjadi tempat hidup ular-ular laut. Masyarakat setempat percaya kalau ular-ular itu merupakan hewan milik Dewa yang mendiami Pura Tanah Lot sehingga tidak boleh diganggu.Yang membuat tempat ini semakin indah tentu saja dengan adanya bangunan pura yang terletak di bibir pantai yang curam, bernama Pura Tanah Lot. Ketika air laut pasang, Pura Tanah Lot akan terlihat seperti daratan yang mengambang di tengah pantai. Para wisatawan baru bisa menginjakkan kaki di tempat ini saat air laut mulai surut. Pura ini dibangun pada abad ke-15 oleh Danghyang Nirartha atau Pedanda Bawu Rawuh yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Pada masa itu Tanah Lot dikuasai oleh Bendesa Beraben yang konon iri pada kesaktian Danghyang Nirartha yang mampu merebut simpati masyarakat Bali untuk memeluk agama Hindu. Lalu, Bandesa Beraben memaksa Danghyang Nirartha untuk segera meninggalkan Tanah Lot. Namun sebelum pergi, Danghyang Nirartha menggunakan kekuatan serta kesaktiannya untuk memindahkan sebuah batu berukuran sangat besar ke tengah pantai, lalu membangun sebuah pura di atasnya. Danghyang Nirartha juga mengubah selendangnya menjadi ular yang menjadi penjaga pura.Pura Tanah Lot ini sangat disukai oleh para fotografer yang ingin mengabadikan pura dengan latar matahari terbenam. Di dekat Pura Tanah Lot yang sangat indah ini, terdapat juga pura-pura lain yang berukuran lebih kecil, seperti: Pura Pakendungan, Pura Penataran, Pura Penyawang, dan lain-lain. Area wisata Tanah Lot berada di Desa Beraban, berjarak sekitar 13 kilometer dari Tabanan, atau sekitar 22 kilometer dari Kota Denpasar. Sementara dari Bandara Ngurah Rai, lokasi ini berjarak sekitar 25 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.Tarif tiket masuk yang ditetapkan bagi wisatawan domestik yang ingin menikmati keindahan Tanah Lot adalah Rp 5.000,00 untuk anak-anak dan Rp 7.500,00 untuk orang dewasa. Sementara harga tiket masuk untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 10.000 untuk anak-anak dan orang dewasa. Dan biaya parkir kendaraan Rp 2.000,00 untuk motor, Rp 5.000,00 untuk mobil, dan Rp 10.000,00 untuk bus.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Taman Nasional Bunaken ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebagai taman nasional pada tahun 1991. Obyek wisata ini luas sekitar 89.065 hektare, berada di wilayah Kabupaten Minahasa, Kotamadya Manado, Sulawesi Utara. Di sebelah utara taman nasional, ada pulau Bunaken, Manado Tua, Montehage, Siladen, Nain, Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sementara di bagian selatan, meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.Lokasi ini merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan atau pesisir. Pulau-pulau di dalamnya kaya akan flora dan fauna. Perairan Taman Nasional Bunaken memiliki 13 genera (genus) karang hidup yang didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Tercatat sekitar 91 jenis ikan yang hidup di perairan ini, diantaranya ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus). Di tempat wisata ini banyak kegiatan wisata bahari yang ditawarkan, seperti: diving, snorkeling, berjemur, dan berenang di laut. Di pantai Kalase, yang berada di pinggir Kota Manado, terdapat sebuah diving center bernama Dragonet yang pernah menjadi sekretariat acara Sail Bunaken yang memecahkan rekor MURI dengan lebih dari 2.000 penyelam mengikuti upacara bendera di dasar laut. Bapak James, pemilik Dragonet Diving Center, mempekerjakan instruktur selam bersertifikasi SDI (Scuba Diving International) yaitu Bapak Ferry. Dragonet menawarkan pelajaran menyelam bagi pemula, yang meliputi dasar-dasar menyelam (breathing, buoyance control, mask clearing, ear equalization) selama 15 menit, dan setelah paham akan langsung diajak menyelam selama 45 menit di kedalaman hingga 6 meter. Dengan bantuan instruktur selam yang sudah berpengalaman seperti Bapak Ferry, para pemula dijamin bisa menyelam.Selain melalui Pantai Kalase, Taman Nasional Bunaken juga dapat dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas yang memakan waktu sekitar 20 menit, dan dari Marina Blue Banter dengan waktu tempuh sekitar 10 – 15 menit menggunakan kapal pesiar. Jika berangkat dari pelabuhan Manado, bisa menggunakan perahu motor menuju pulau Siladen yang dapat ditempuh sekitar 20 menit, ke pulau Bunaken sekitar 30 menit, ke pulau Montehage sekitar 50 menit, dan ke pulau Nain sekitar 60 menit. Biaya masuk ke lokasi ini sebesar Rp 2.500 per hari untuk wisatawan domestik, dan Rp 150.000 per tahun untuk wisatawan asing.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
Sebuah gedung tua peninggalan kolonial Belanda terlihat berdiri tegak di jantung kota. Gelap. Kosong. Eksotis sekaligus mistis. Angker. Kesan itulah yang terpancar dari Lawang Sewu, nama bangunan tua yang berada di dekat Bundaran Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah. Bangunan ini bergaya art deco dan memiliki begitu banyak pintu yang berderet. Secara harfiah, Lawang Sewu berarti seribu pintu, meski sebenarnya jumlah pintunya tidak sebanyak itu. Bangunan ini dibangun pada tahun 1904–1907, dan awalnya dipakai sebagai kantor pusat perusahaan kereta api regional wilayah Jawa Tengah yang dikelola oleh Belanda, yaitu Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Namun setelah Jepang berkuasa di Indonesia, gedung ini pun diambil alih dan ruang bawah tanahnya dijadikan sebagai saluran pembuangan air dan juga ruang tahanan sekaligus penyiksaan.Penjara bawah tanah ini menjadi saksi atas penyiksaan dan pembantaian terhadap orang-orang Indonesia, yang dilakukan oleh tentara Jepang pada saat diberlakukannya kerja paksa atau romusha. Suasana di tempat ini membuat bulu kuduk berdiri, apalagi saat memasuki salah satu sudut ruang sempit yang berbentuk seperti kolam-kolam kecil yang dulu dijadikan tahanan. Setelah Indonesia merdeka hingga tahun 1994, tempat ini sempat berubah fungsi menjadi kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Sempat juga digunakan sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Namun setelah itu, bangunan ini dibiarkan kosong dan tidak terurus.Dulu, kesan angker dan mistis menyertai bangunan ini, tetapi setelah dipugar dan dijadikan pusat kerajinan Indonesia di Jawa Tengah, diharapkan kesan itu perlahan hilang. Semoga cagar budaya ini semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan, bukan sebagai bangunan angker, tapi karena memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com