shop-triptrus

Trips n Tips

5 Wisata Pantai Indonesia yang Jadi Incaran Blogger Asia

DKI Jakarta, Indonesia

TripTrus.Com - Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang dihadiahi surga dengan pantai yang begitu cantik. Hamparan pulau dengan pasir-pasir putih menjadikan pantai-pantai yang ada di Indonesia benar-benar layak untuk dikunjungi. Dilansir dari Myfatpocket, Sabtu (22/07/2017), berikut beberapa pulau dan pantai favorit bagi seorang blogger Singapura, Yuni, yang wajib Anda kunjungi

1. Pulau Bali

Ketika mendengar nama Indonesia, banyak wisman yang langsung teringat akan keindahan alam Bali. Ya, Bali merupakan tujuan wisata pantai yang paling banyak dikunjungi oleh turis dari berbagai negara. Hamparan sawah yang luas, hijaunya pegunungan dan budaya masyarakatnya yang unik dan kental membuat Bali sebagai destinasi wisata yang patut diperhitungkan. Anda bisa menyaksikan tarian lumba-lumba di pantai Lovina dan mengunjungi kawasan Uluwatu yang indah.

2. Pulau Lombok

Jika ingin menikmati pantai yang sedikit sepi daripada Bali, Anda bisa berkunjung ke Lombok. Di Lombok, Anda bisa memiliki momen sunset terbaik yakni tepatnya di Pulau Gili. Apabila Anda bosan dengan pemandangan laut, Anda tetap bisa menikmati wisata dengan melakukan hiking di Gunung tertinggi ke dua di Indonesia yaitu Rinjani.

3. Pulau Komodo

Indonesia memang terkenal dengan hewan langkanya yaitu Komodo yang hidup di pulau yang dikenal dengan nama Pulau Komodo. Selain melihat hewan langka ini, Anda juga bisa berkunjung ke pantai Pink dengan pasirnya yang berwarna merah muda, Pulau Padar dan Anda juga bisa menikmati pemandangan bawah laut sambil berolahraga snorkeling dan diving.

4. Kep. Raja Ampat

Terletak di bagian timur Indonesia, Raja Ampat ternyata memiliki pesona yang sangat luar biasa. Anda bisa menikmati hamparan pulau-pulau kecil dari ketinggian yang sangat unik. Selain itu, Raja Ampat juga sangat cocok bagi Anda yang gemar melakukan olahraga diving dan snorkeling sambil menikmati pemandangan bawah laut yang menakjubkan.

5. Pulau Belitung

Satu lagi pulau indah yang ada di Indonesia. Belitung terkenal sebagai pulau batu granit raksasa dengan deburan ombak yang sangat lembut. Pantai yang sering dikunjungi para wisatawan disini adalah Pulau Leebong, Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya, Pulau Kepayang, Pulau Kelayang, Pulau Batu Berlayar, Pulau Pasir yang hanya muncul pada saat air laut surut dan Pantai Tanjung Tinggi. (Sumber: Artikel liputan6.com Foto indonesiad.com)

...more

Wisatawan Indonesia Mulai Lirik Wisata Kapal Pesiar

DKI Jakarta, Indonesia

TripTrus.Com - Dulu berwisata dengan kapal pesiar masih jarang dilakukan oleh wisatawan Indonesia. Selain terkendala harga yang mahal, informasi terkait wisata kapal pesiar juga masih sangat minim.Namun, sejak beberapa tahun terakhir wisatawan Indonesia sudah mulai melirik wisata kapal pesiar. Berdasarkan data dari Cruise Line Inernational Association tampak peningkatan yang cukup tinggi dari wisatawan Indonesia yang berwisata pesiar. Pada 2014, tercatat ada lebih dari 18 ribu wisatawan kapal pesiar berasal dari Indonesia, dan jumlah tersebut meningkat dua kali lipat menjadi 40 ribu pada 2015. "Kalangan masyarakat Indonesia lebih suka perjalanan jangka pendek untuk rute yang masih di kawasan Asia dengan durasi berlayar sekitar tiga sampai tujuh hari," ujar Direktur Kawasan Asia Tenggara Princess Cruises Farriek Tawfik, Kamis (20/7).Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia, volume wisatawan Indonesia yamg berpesiar memang masih terbilang rendah. Dari 12 negara di Asia, Indonesia masih di peringkat delapan dengan persentase 1,9 persen jauh di bawah Cina, Taiwan, Singapur dan Jepang. Namun, Tawfik meyakini, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk wisata kapal pesiar khususnya bagi mereka yang baru pertama kali merasakan pengalaman berpesiar, generasi milenial, keluarga besar multi-generasi dan masyarakat kelas menengah ke atas.Pada tahun ini, salah satu line up Pricess Cruises, Sapphire Princess, bahkan akan berlabuh di Singapura untuk memenuhi tingginya permintaan dari Indonesia. "Kami melihat lonjakan tinggi peningkatan permintaan dari wisatawan Indonesia saat musim berlabuh tiba," ujar Tawfik. (Sumber: Artikel republika.co.id Foto cruisemapper.com)

...more

Gombong, Sekepingan Masa Lampau di Himpitan Jaman

Gombong, Kabupaten Kebumen

TripTrus.Com - Banyak orang mengenal nama Gombong, bahkan namanya bergema hingga ke ibukota. Tetapi dalam peta wisata nasional, nama Gombong tak terlalu bergema. Para pelancong pun tak tertarik singgah, kecuali hanya numpang makan atau membeli bahan bakar.

Namun tahukah Anda, bahwa Gombong ternyata menyimpan pesona wisata yang memukau? Ia laksana lorong waktu, dimana kita dapat kembali ke masa lampau sekaligus menyaksikan bagaimana beragam bentuk budaya dan kelompok masyarakat berinteraksi membentuk sebuah kota unik bernama Gombong. Mari bersiap. Saya akan mengajak Anda mengintip masa lalu lewat celah lorong waktu di antara himpitan zaman khas kaum urban.

Sebelumnya izinkan saya memberi saran. Jangan berkeliling menggunakan mobil atau kendaraan bermotor! Pakailah sepeda atau jika mungkin berjalan kaki sehingga akan banyak titik unik yang dijumpai. Mengintip masa lalu tak perlu buru-buru. Menyusur sudut Gombong akan melempar kita ke masa seabad yang lalu, ketika kota kecil ini mulai terbentuk.

Perjalanan dapat kita mulai dari bangunan kuno nan megah di utara kota yang bernama Benteng van der Wijck. Sekalipun saat ini dikelola dalam konsep taman bermain dan hotel, benteng segi delapan (octagonal) ini tetaplah monumen sejarah terpenting di Gombong. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1830-1835 oleh Jenderal Frans David Cochius. Banyak kisah terjadi di benteng ini, mulai dari sebuah sekolah bagi anak-anak ‘haram’, hingga Presiden Indonesia kedua yang pernah mengenyam pendidikan militer di sini. Ingat, jangan buru-buru…! Mari kita nikmati detil-detil arsitektur benteng sambil melayangkan imajinasi tentang sinyo-sinyo anak serdadu Belanda yang berlarian, tentang para pemuda pribumi yang berbaris dengan seragam heiho (tentara/barisan pemuda) Jepang.

Sumber: backpackology.me

Dari Benteng van der Wijck, kita lanjut menyusur Jalan Gereja ke selatan. Kita akan menjumpai rumah sakit tentara yang didirikan di awal tahun 1900an. Di sekitarnya banyak rumah-rumah militer yang berderet dan sayang tak begitu terawat, namun justru semakin menunjukkan kesan kunonya. Nikmati juga sisa rumah-rumah ambtenaar (pegawai negeri zaman Belanda) di Jalan Kartini, hingga berujung di pertigaan SGB di jalan utama. Nama SGB merujuk pada Sekolah Guru B. Saat ini gedung tersebut menjadi SMPN 2 Gombong, namun entah mengapa nama SGB tetap melekat. Jika Anda naik angkutan umum, kondektur dan penumpang yang turun di pertigaan tersebut pasti akan mengatakan, “SGB.. SGB…”

Menyeberang Jalan Yos Sudarso, kita masuk ke wilayah Kaputihan, atau yang dulu dikenal juga dengan nama daerah Saudagaran. Memang ini adalah wilayah para Saudagar Kalang, yaitu kelompok bangsawan yang lihai berdagang. Komoditi kerajinan, batik, dan aneka produk industri rakyat diperdagangkan oleh para saudagar kalang ini. Dalam istilah lokal, mereka sering pula disebut dengan nama Raden Nganten. Tahukah Anda, bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani juga berdarah bangsawan kalang dari Gombong?

Masih ada beberapa rumah kuno yang menjadi saksi kejayaan bangsawan kalang. Salah satunya sebuah gedung tua di samping SMP Muhammadiyah. Kuno, agak seram, namun eksotis.

Kembali ke jalan utama, berjalan ke arah barat, kita akan melewati sungai Gombong. Ini menjadi batas tak resmi wilayah para bangsawan kalang dengan para pedagang Tionghoa yang juga banyak terdapat di Gombong. Wilayah Tionghoa menyebar dari kawasan Jalan Puring hingga ke Utara di sekitar Jalan Sempor Lama. Jalan Puring adalah wilayah industri, sedangkan Jalan Sempor Lama adalah wilayah perdagangan dan pergudangan. Pasar Gombong sendiri hingga tahun 1945-an berlokasi di Jalan Pemuda (depan Hotel Dunia). Pasar ini hanya buka setiap hari Senin dan Kamis.

Dari sana sempatkan mampir ke sebuah rumah di Jalan Puring, 50 meter utara rel kereta api. Sebuah rumah tua khas Belanda berdiri kokoh di kanan jalan. Ini adalah sebuah perusahaan rokok klembak menyan, jenis rokok yang sangat melegenda dan menjadi salah satu komunal brand Kota Gombong.

Sumber: iqbalkautsar.com

Masuk ke pabrik rokok ini seperti terlempar ke Gombong di tahun 1940an. Para pelintingnya ibu-ibu usia 60-70an, mengenakan kebaya dan kain. Mereka asyik berceloteh sambil meramu rokok yang hanya terdiri dari tembakau, klembak, dan kemenyan. Meskipun kemenyan dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, aroma mistisnya membuat rokok klembak menyan menjadi pelengkap sesajen di banyak tempat.

Sementara di salah satu sudut ruang, tak jauh dari gudang tembakau yang beraroma khas, terdengar suara kayu beradu. Itu adalah para pekerja (yang kakek-nenek juga!) tengah menumbuk kemenyan. Pekerja dan peralatan seakan ingin mengabarkan panjangnya garis waktu yang telah dilalui rokok klembak menyan dan bagaimana rokok itu telah menjadi saksi hidup para pekerjanya.

Selepas dari pabrik rokok, kita bisa menyusur ke utara, sepanjang jalan yang bisa jadi adalah titik nol kota Gombong: tempat pertemuan Jalan Puring, Jalan Yos Sudars,o dan Jalan Sempor Lama.

Menuju utara di sepanjang Jalan Sempor Lama, di kanan jalan akan tampak sebuah gedung kecil antik di belakang toko plastik. Beberapa bagian masih asli, menampakkan corak khas Tionghoa. Ini adalah gedung perkumpulan kematian, yang dulu merupakan gedung Komunitas Tionghoa (Tjung Hwa Tjung Hwi). Di sini kita masih dapat menyaksikan peti-peti mati tradisional Tionghoa yang per buahnya berharga puluhan juta.

Gedung ini dan beberapa gedung di sekitarnya menjadi saksi perjalanan interaksi sosial dan budaya antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat lokal. Jika beruntung mendapatkan pemandu yang tepat, kita akan mendapatkan kisah yang menarik sekaligus menjadi gambaran betapa beragamnya bentuk-bentuk kebudayaan yang menjadi pondasi awal berdirinya Kota Gombong.

Sumber: kebumenmuda.com

Tak jauh ke arah utara, di sebelah kiri jalan, berdirilah ikon baru wisata Gombong: Roemah Martha Tilaar. Gedung yang dibangun pada tahun 1920 ini merupakan rumah tinggal keluarga Liem Siauw Lam, seorang pengusaha Tionghoa yang sangat berpengaruh saat itu. Di rumah ini lahir cucu yang kelak menjadi pengusaha kosmetik ternama, yaitu Ibu Martha Tilaar.

Saat ini Roemah Martha Tilaar telah menjadi salah satu obyek wisata budaya dan edukasi. Ada banyak nuansa bisa dirasakan di obyek wisata satu ini. Dari segi budaya,  tempat ini berusaha mengenalkan nilai-nilai sejarah dan warisan budaya leluhur yang amat terasa dalam rumah ini. Dilihat dari sejarah kota Gombong yang banyak didiami oleh komunitas Belanda dan Tionghoa, secara interior pun dapat dilihat beberapa gaya yang dipengaruhi oleh seni dari Eropa dan Tiongkok. (Sumber: Artikel kebumenmuda.com Foto cakrawalatourtravel.com)

...more

10 Fakta Menarik Cagar Alam Geologi Karangsambung

Karangsambung, Kab. Kebumen

TripTrus.Com - Cagar Alam Geologi (CAG) Karangsambung  merupakan laboratorium geologi alam yang wajib dikunjungi bagi peneliti, mahasiswa geologi hingga wisatawan umum untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dimasa silam. Berikut Lintas Kebumen rangkum 10 fakta menarik dari Cagar Alam Geologi Karangsambung, Minggu (7/12):

1. CAG Karangsambung ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi berdasarkan Kepmen ESDM No.2817K/40/MEM/2006 yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 November 2006.

2. CAG Karangsambung memiliki luas sekira 22.000 Hektar meliputi Kecamatan Sadang, Karangsambung, Karanggayam, Alian, dan Pejagoan di Kabupaten Kebumen. Kecamatan Pagedongan dan Bawang di Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang di Kabupaten Wonosobo.

3. CAG Karangsambung dijadikan Kampus Lapangan Geologi pada tahun 1964. Pencetusnya adalah Prof. Dr. Sukendar Asikin, (Guru Besar Departemen Teknik Geologi ITB). Beliau adalah geolog Indonesia pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori tektonik lempeng.

4. Verbeek adalah geolog Belanda sekaligus orang yang pertama kali melakukan penelitiaan di CAG Karangsambung pada tahun 1891 . Akan tetapi hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada tahun tahun 1933.

5. Geolog Indonesia dan Mancanegara (Katili, Hamilton dan khususnya Sukendar Asikin) menunjukkan bahwa CAG Karangsambung merupakan titik pertemuan antarlempeng yang terjadi pada suatu zaman geologi yang disebut Kapur Akhir (100-65 juta tahun yang lalu).

6. CAG Karangsambung memiliki batuan metamorf sekis mika di Kali Brengkok. Batuan tertua ini tersingkap dan menjadi pembentuk fondasi Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari zaman kapur. Batuan ini hanya bisa ditemui di CAG Karangsambung di seluruh Indonesia.

7. CAG Karangsambung juga memiliki situs batu rijang dan lava basal berbentuk bantal di Kali Muncar. Batuan sedimen ini terbentuk di dasar samudera purba 80 juta tahun lampau. Hanya ada dua tempat di Indonesia yang memiliki Lava Basal di permukaan, salah satunya CAG Karangsambung.

8. Terdapat 32 situs singkapan geologi dan 18 situs di antaranya merupakan singkapan inti yang berharga bagi ilmu pengetahuan, pendidikan, dan wisata di CAG Karangsambung.

9. Pada situs Bukit/Wagir Sambeng di CAG Karangsambung ditemukan batuan peselingan rijang dan gamping merah. Batuan tersebut merupakan batuan yang terbentuk di dasar laut dengan kedalaman antara 4000 meter hingga lebih. Dalam batuan ini juga ditemukan fosil dari radiolaria yang jika dilihat umurnya berkisar antara 65 juta tahun.

10. CAG Karangsambung memiliki Batuan Serpentinit. Batu ini adalah batuan dari batuan ultra basa berwarna gelap. Merupakan hasil dari pembekuan magma pada kerak samudera.

Aktivitas penambangan pasir dan batu di sepanjang Sungai Luk Ulo kian mengancam cagar alam geologi Karangsambung. Beberapa titik singkapan geologi berumur hingga ratusan juta tahun yang selama ini menjadi sumber pengetahuan dan pendidikan dikhawatirkan tergerus penambangan liar masif. (Sumber: Artike-Foto lintaskebumen.wordpress.com)

...more

Generasi Milenial Indonesia Lebih Suka Berwisata Dalam Negeri

DKI Jakarta, Indonesia

TripTrus.Com - Kekayaan wisata Indonesia disadari betul oleh generasi milenial. Buktinya, mayoritas generasi milenial Indonesia lebih suka berwisata dalam negeri.

Generasi milenial semakin memperluas jangkauan liburan mereka lebih dari gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan. Hal itu berdasarkan survei dari situs pemesanan hotel Agoda.com.

"Millenials ingin bertualang lebih jauh dan melakukan banyak hal ketika traveling. Namun riset kami menunjukkan bahwa pilihan pertama mereka adalah menghabiskan waktu di keindahan alam Indonesia. 80 persen (responden) menyatakan pilihan ini sebagai nomor satu," tutur Country Director Agoda International Indonesia, Gede Gunawan dalam rilis yang diterima KompasTravel, Kamis (27/4/2017).

Riset yang sama juga menyatakan bahwa mencari ketenangan dan nuansa alam menjadi pilihan pertama dari wish list anak muda Indonesia.

Seiring musim hujan yang sebentar lagi selesai, para wisatawan domestik tengah mencari kesempatan untuk quick getaway di tengah musim liburan yang mulai memasuki peak season. Data dari Agoda menunjukkan bahwa reservasi hotel di bulan Mei 2017 meningkat sebesar 28,2 persen dibandingkan bulan April.

Agoda.com menghimpun lima destinasi sekaligus tempat menginap yang bisa jadi referensi liburan untuk generasi milenial Indonesia. Pertama adalah Pertiwi Resorts & Spa di Ubud (Bali), kemudian Grand Ussu Hotel & Convention di Puncak (Bogor), Kelimutu Crater Lakes Eco Lodge (Flores), AlterNative Stay (Raja Ampat), dan Ijen Resort & Villas (Banyuwangi). (Sumber: Artikel kompas.com Foto jakpost.net)

 

...more

Travelling Jadi Hobi Nge-Hits Anak Muda Milenial!

DKI Jakarta, Indonesia

TripTrus.Com - Menurut survey terkini yang dilakukan oleh situs expedia, generasi millenial lebih memilih melakukan liburan ke tempat baru daripada membeli mobil. Mereka yang lahir antara tahun 1982 dan 1999 ini lebih ingin berpetualang dan menikmati hidup, bahkan menunda untuk menikah, demi mendapatkan pengalaman di tempat baru. Beberapa hal ini lho yang dituding jadi penyebab kebiasaan mereka untuk traveling.

Maraknya Penggunaan Internet

Mudahnya mendapatkan akses internet membuat banyaknya situs-situs baru blog, forum maupun media sosial yang mengulas tempat-tempat wisata. Review yang ditulis dengan bahasa gaul dan foto-foto yang memanjakan mata mengundang pencinta petualang untuk ikut menjajal destinasi wisata yang unik dan eksotik.

Menyukai Risiko

Generasi millenial dikenal sebagai suka mengambil resiko. Mulai dari keuangan, relationship, hingga urusan pekerjaan pun terkadang dinomerduakan jika berhubungan dengan traveling. Nggak heran jika terkadang mereka punya pengalaman yang kurang menyenangkan sampai menantang maut.

Mencari Pengakuan

Maraknya media sosial saat ini membuat generasi millenial membutuhkan pengakuan dari ‘teman-teman’ maya yang mereka miliki. Secara nggak sadar, mereka berlomba-lomba mencari like atau follower dengan mengunggah foto liburan di media sosial. Tapi perilaku ini lebih banyak dijumpai di Asia, yang aura persaingan antar individu emang lebih ketat.

Ingin Mengenal Budaya Lain

Mengenal budaya lokal di tempat yang disambangi biasanya menjadi salah satu poin penting yang dicari oleh para generasi millenial. Ketimbang menggunakan travel agent, mereka lebih senang “nyasar” dan mendapatkan pengalaman bertemu penduduk asli, tanpa jadwal padat dan bujet terjangkau. Tata cara hidup sehari-hari dan kuliner lokal biasanya wajib dicicipi saat sedang traveling.

Ingin Menyendiri

Hidup di jaman modern yang penuh dengan tekanan dan kesibukan mudah membuat pikiran merasa stres. Melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan dan kehidupan dapat menyegarkan jiwa dan pikiran. Melihat pemandangan dan kebiasaan yang beda dari sehari-hari juga bisa membuka wawasan akan hal baru dan memberikan ide-ide segar.

Buat generasi millennial, liburan sudah jadi kebutuhan penting. Selain untuk tujuan refreshing, juga memberikan pengalaman hidup yang berharga. (Sumber: Artikel frameatrip.com Foto stylus.com)

...more

5 Fakta Unik Tentang Traveler Milenial

TripTrus.Com - Kamu anak milenial? Ada fakta unik soal kebiasaan generasi milenial saat pergi traveling. Hayo ngaku…

Agoda, situs pemesanan traveling online memaparkan hasil riset mereka mengenai traveler milenial. Riset dilakukan terhadap 1.000 traveler milenial yang berusia dari 23 sampai 34 tahun yang melakukan reservasi di Agoda.

Riset ini dipaparkan pada peluncuran lanjutan kampanye #agodabasecamp di Attarine Jakarta, Jl. Gunawarman, Jakarta Selatan, Rabu (17/5/2017) Gede Gunawan, Country Director Agoda Internasional memaparkan fakta-fakta menarik dari traveler millineal:

1. Tawar-menawar harga barang

Fakta pertama, 45 persen responden menyukai tawar-menawar harga dengan pemilik toko di tempat yang mereka kunjungi. Para traveler milenial juga dominan melakukan mencari barang-barang branded, belanja di pasar lokal, dan mencari makanan kaki lima yang enak.

Benar nggak?

2. Tidak takut tersasar

Terungkap, 40 persen dari responden tidak membutuhkan Google Maps dan lebih menyukai mengekplorasi jalan-jalan mereka secara spontan, tanpa recana. Sedangkan 52 persen lebih malah berani dengan sengaja memilih jalan yang salah.

Generasi milenial ingin merasakan tantangan pengalaman traveling. Nyasar, siapa takut?

3. Tidak peduli dengan baju yang sama

Adapun fakta yang ditemukan dari traveler indepen, 40 persen dari mereka tidak begitu peduli bila menggunakan pakaian yang sama dengan temannya. Karena hal yang dominan dilakukan traveler milenial adalah berfoto selfie atau foto ditmpat ikonik, check in Facebook, mengunggah foto di instagram. Jadi hal yang penting bagi mereka adalah membagikan di media sosial.

4. Sarapan malah makan pencuci mulut

Nah, ini fakta yang cukup menarik. Dessert merupakan makanan penutup tetapi bagi traveler milenial dessert malah menjadi sarapan pagi. Sebanyak 73 persen responden mengaku memakan dessert sebagai sarapan pagi mereka.

Mungkin alasan mereka sarapan dengan dessert biar bisa mengekplorasi berbagai macam kuliner di tempat mereka tuju. Karena ditemukan fakta 64 persen dari mereka juga suka jajan di kaki lima dan 90 persen senang menemukan makanan terkenal di suatu destinasi.

5. Memotret diri mereka sok-sok candid

Bagi traveler milineal, selfies dan wefies menjadi populer, tetapi yang paling penting bagi 86 persen responden adalah memposting foto sendiri tanpa melihat ke arah kamera dan fotonya diambil oleh orang lain secara artistik. Jadi ceritanya foto candid bergaya natural, hayo siapa yang suka begitu?

87 Persen responden juga berfoto di hadapan tempat ikonik dengan gaya mengukur menggunakan telapak tangan. Selain itu 57 persen dari mereka suka berfoto lucu di museum.

Selain fakta menarik di atas, Gede Gunawan juga memaparkan bahwa rata-rata traveler menyukai penginapan yang unik, yang mempunyai karakter-karakter tertentu. Destinasi yang paling banyak dituju oleh mereka adalah alam bebas. Terserah kegiatan mereka nanti akan selfie, wefie,belanja, foto lompat bersama teman atau menyendiri menikmati suasana. (Sumber: Artikel secarik.com Foto ttgasia.com)

...more

4 Destinasi Wisata Indonesia Yang Pernah Jadi Lokasi Syuting Film Hollywood

Indonesia

TripTrus.Com - Keindahan panorama serta budayanya yang agung membuat Indonesia dilirik banyak sineas film luar negeri.

Beberapa dari mereka bahkan pernah menjadikan destinasi-destinasi wisata di Indonesia sebagai tempat syuting film mereka. Berikut tempat wisata di Indonesia yang pernah muncul di film-film Hollywood.

Hutan mangrove di Kalimantan ternyata pernah dijadikan latar tempat untuk film populer Anaconda - The Hunt of Blood Orchid. Film yang dibintangi oleh Johnny Messner dan KaDee Strickland ini menampilkan hutan belantara di Kalimantan dan kehidupan hewan-hewan di dalamnya.

Candi Prambanan, Yogyakarta

Keagungan Candi Prambanan pernah muncul di film The Philosophers pada tahun 2013 lalu. Film yang dibintangi Cinta Laura dan Bonnie Wright ini memiliki genre fiksi ilmiah. Tidak hanya Candi Prambanan saja, destinasi wisata lain seperti Pulau Belitung dan Gunung Bromo juga menjadi tempat syuting film ini. 

Ubud, Bali

Bali menjadi tempat wisata di Indonesia yang paling populer bagi turis mancanegara. Beberapa tempat eksotis di Bali bahkan pernah menjadi lokasi syuting film Hollywood seperti Desa Ubud. Desa Ubud pernah dijadikan lokasi pengambilan gambar film Eat, Pray, Love yang dibintangi oleh aktris ternama Julia Roberts.

Karangasem, Bali

Tidak hanya Ubud saja yang berhasil menarik perhatian sineas film Hollywood, Karangasem ternyata juga pernah menjadi lokasi syuting film Hollywood berjudul Alex Cross. Film yang disutradari oleh Rob Cohen ini menampilkan panorama indah Karangasem yang dikelilingi pegunungan dan pantai. (Sumber: Artikel-Foto teen.co.id)

...more

Kawasan Banten Lama Berpotensi Masuk World Heritage

Banten Lama, Serang

TripTrus.Com - Pemerintah Provinsi Banten berencana ingin menata kawasan Banten Lama di Kasemen Kota Serang, sebagaimana telah disinggung dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) baru-baru ini.

Gubernur Banten, Wahidin Halim mengakui tata kelola Banten Lama masih miss management dan harus segera dibenahi. Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Banten, Agus Nizar Vidiansyah menilai harus ada kesepakatan bersama bahwa penataan kawasan Banten Lama sebagai kebutuhan masyarakat Banten. "Kesadaran sejarah, budaya, adat istiadat, kearifan lokal, butuh artefak nyata yang mengingatkan akar masyarakat Banten," kata pria yang akrab disapa Bang Vidi. ICMI Orwil Banten pernah melakukan diskusi mengenai penataan kawasan Banten Lama. Berdasarkan diskusi tersebut, jelas Vidi, ICMI Banten berkesimpulan bahwa perbaikan artefak fisik harus menjadi langkah awal untuk menggali nilai-nilai luhur kejayaan Banten. "Misalnya kegandrungan pada ilmu, berani, toleran, ta'zhim pada orang tua dan guru, dan lain-lain," terang alumni Universitas Indonesia tersebut.  Ia mengatakan, seharusnya tidak ada masalah siapa yang akan menangani Kawasan Banten Lama, tinggal urusan koordinasi saja."Kekisruhan administratif dan manajerial itu tidak perlu terjadi jika tanggung jawab dan kesadaran awal tadi ada," tambah Vidi. Ia optimistis penataan kawasan Banten Lama bisa mendatangkan keuntungan ekonomis sebagai kawasan wisata religius. Program penataan kawasan Banten Lama, sebagaimana telah direncanakan Pemerintah Provinsi Banten, lanjut Vidi, tidak boleh berhenti pada aspek fisik, tetapi harus ada tindak lanjut secara kultural. "Kalau perlu ide ini dijual hingga nasional atau bahkan diangkat dijadikan world heritage," tutup Vidi. (Sumber: Artikel rmol.co Foto bantenwisata.com)

...more

Wisata Banten Lama, Sarat Nilai Religi dan Histori

Banten Lama, Serang

TripTrus.Com - Banten kaya akan potensi wisata sejarah dan religi. Tidak ada yang memungkiri fakta itu. Tetapi, potensi saja, tanpa dikembangkan dengan penuh komitmen, hanya akan berdiam di dalam pikiran orang. "Karena itu, jika ingin berlari cepat maju, maka tidak ada pilihan lain, kecuali implementasikan dengan baik, semua konsep percepatan pariwisata di  Banten," kata Menpar Arief Yahya.

Wisata budaya dan religi itu mensyaratkan ada atraksi. Akan menjadi hidup dan berkembang jika disediakan akses yang baik dari originasi atau marketnya, serta amenitas, fasilitas agar customers atau wisatawan merasa nyaman dan kerasan tinggal lebih lama di Banten.

Oleh sebab itu, pemerintah pusat yang diwakili Kemenpar dan pemerintah daerah, serta pengelola tempat wisata sejarah di Provinsi itu berembuk untuk membicarakan Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi di Hotel Horison Forbis, Cilegon pada tanggal 22-24 Maret.

Hadir dalam acara itu antara lain Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Lokot Ahmad Enda, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten  Eneng Nurcahyati, Pengelola Kesultanan Agung Tirtayasa A Wahid,  Pengelola Kesultanan Maulana Yusuf TB Faidz, serta tokoh MUI Banten HS Usman.

Lokot mengatakan, wisata sejarah di Banten menarik karena dari sudut pandang sejarah kawasan itu pernah berjaya karena letaknya yang strategis membuat kapal-kapal pedagang melewati wilayah ini dan menjadikannya pelabuhan terbesar di Indonesia. Selain itu, Kesultanan Banten yang mengatur wilayah Banten merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan sebagai sektor utama perekonomiannya. Walhasil,Banten menjadi jalur niaga bagi pedagang dari negara Persia, India, Cina, Vietnam, Filipina dan Jepang.

Meski Kesultanan Banten resmi dihapus pada 1813 oleh pemerintah Kolonial Inggris dengan memaksa Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin turun dari tahta, namun jejak-jejak peninggalannya masih tampak berdiri kokoh hingga saat ini. Beberapa peninggalan sejarah dan religi tersebut antara lain Menara Masjid Agung Banten, Jejak Sultan Ageng Tirtayasa, Benteng Speekwijk, Keraton Surowowan, Keraton Kaibon serta Vihara Avalokitesvara.

"Namun, faktanya kini pariwisata bukanlah sektor utama dalam pengembangan ekonomi propinsi Banten meskipun sektor hotel dan restoran menyumbang kurang lebih 1 triliun rupiah setiap tahunnya," ujar Lokot.

Beberapa faktor menjadi penyebab masih mandegnya pengembangan pariwisata Banten. Eneng mengungkapkan revitalisasi Benda Cagar Budaya menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh pengelola hingga kini.  Hal itu berdampak pada rendahnya minat dan tingkat kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Banten. Sejatinya hal ini sangat ironis sebab Bandar Udara International Sukarno Hatta terletak di Provinsi Banten.

Selain itu, kurang tertatanya pengembangan wisata sejarah dan religi di Provinsi Banten juga menyebabkan rendahnya minat wisatawan untuk berkunjung.

"Para pengelola wisata sejarah dan religi di Provinsi Banten membutuhkan bantuan teknis dan pendanaan untuk merevitalisasi Benda Cagar Budaya yang ada," ujar Eneng.

Lokot mengatakan, story telling dan pola perjalanan juga menjadi aspek penting yang secepatnya perlu dikembangkan di Provinsi Banten. Salah satu rute perjalanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai pola perjalanan wisata sejarah dan religi di Banten adalah rute Tangerang – Anyer –Labuan

Selain itu, untuk mendukung pengembangan wisata sejarah dan religi di Banten, pemerintah akan menyelenggarakan beberapa even baik yang berskala lokal dan nasional. Even-even itu antara lain Seba Baduy 2017 pada pertengahan April, Gebyar Wsata Banten yang akan dilakukan bersamaan dengan Gebyar Wisata Nusantara pada bulan Mei 2017 di Jakarta Convention Center, Serentaun pada Agustus/September 2017, Banten Beach Festival pada Oktober 2017, serta Cilegon Ethnic Carnival bersamaan dengan Golok Day Festival dan Sail Krakatau pada 27 – 30 April 2017. (Sumber: Artikel indopos.co.id Foto radarbanten.co.id)

...more
ButikTrip.com
remen-vintagephotography

Upcoming Trips

Sunan Ibu
07 - 08 Feb 2025
×

...