TRIPTRUS - Beraktivitas di alam bebas seperti mendaki gunung, sudah menjadi hobi di kalangan masyarakat dari berbagai usia. Untuk beberapa keadaan atau beberapa orang, menahan keinginan untuk mendaki gunung terasa cukup sulit, apalagi jika keinginan tersebut muncul ketika tengah melaksanakan ibadah puasa.
Mendaki gunung saat bulan puasa, bukanlah hal yang tak mungkin karena sudah banyak dijumpai peziarah-peziarah yang mendaki gunung sambil berpuasa. Walau bagaimanapun, kondisi seperti ini memang memerlukan persiapan yang lebih matang, baik persiapan fisik, mental, perlengkapan dan peralatan.
Berikut tips-tips yang bisa diterapkan saat melakukan pendakian selama berpuasa :
Asupan makanan yang tepat.
Pendakian gunung memerlukan energi yang cukup besar, sehingga membutuhkan makanan yang sehat untuk menjaga stamina anda, khususnya ketika sedang menjalankan puasa. Waktu sahur adalah waktu yang tepat untuk memberikan asupan makanan yang dibutuhkan. Beberapa makanan yang sehat untuk dikonsumsi diantaranya adalah sayur-sayuram, buah-buahan, susu, madu, dan lain sebagainya. Konsumsi daging juga sangat direkomendasikan karena daging lebih lama bertahan di dalam lambung sehingga bisa memberikan rasa kenyang yang lebih lama.
Pilih gunung dengan trek yang ringan dan berhutan.
Semakin berat medan pendakian maka tenaga yang dibutuhkan akan lebih besar. Maka dari itu pemilihan gunung sebagai lokasi pendakian haruslah tepat dengan kondisi tubuh yang sedang berpuasa. Gunung yang memiliki hutan juga merupakan lokasi pendakian yang cocok karena bisa melindungi diri dari panasnya sinar matahari yang bisa menyebabkan tubuh lebih cepat haus dan dehidrasi. Dengan adanya hutan, kondisi trek pendakian terasa lebih lembab dan lebih teduh.
Gunakan tutup kepala atau payung.
Paparan sinar matahari secara langsung memungkinkan terjadinya dehidrasi yang lebih cepat, apalagi tubuh sedang dalam kondisi berpuasa yang mengharuskan pendaki untuk tidak makan dan minum. Dengan adanya penutup kepala seperti topi ataupun yang lainnya, bisa cukup membantu ketahanan tubuh. Payung juga berguna untuk masalah ini, namun dirasa cukup merepotkan jika kondisi alam sedang berangin.
Efisiensi perlengkapan.
Jangan terlalu banyak membawa perlengkapan, agar tidak memberatkan perjalanan, apalagi jika perlengkapan tersebut tidak terlalu diperlukan. Sebaiknya, bawa perlengkapan yang memiliki fungsi ganda seperti jaket anti air. Gunakan pula perlengkapan yang cocok untuk kegiatan outdoor seperti pakaian quick dry, yang tak hanya bisa kering dengan cepat, namun juga lebih bersahabat dengan suhu tubuh.
Rute yang tepat.
Pilihlah rute pendakian yang paling pendek dan dengan jalur pendakian yang lebih mudah. Dengan begitu, tenaga yang diperlukan bisa lebih sedikit. Gunakanlah rute pendakian yang resmi dan ikuti petunjuk yang berlaku untuk keselamatan.
Manajemen waktu istirahat.
Ketika masih dalam kondisi berpuasa, jangan ambil waktu terlalu lama untuk beristirahat. Ketika terlalu lama beristirahat, panas tubuh akan berkurang dan membuat tubuh harus berusaha mendapatkan performa terbaiknya lagi ketika perjalanan kembali dimulai. Hal ini tentu membuat tubuh terasa lebih lelah. Hendaklah beristirahat untuk mengantur nafas serta memberikan sugesti diri bahwa dalam keadaan berpuasa masih sanggup untuk mencapai puncak.
Atur waktu pendakian yang tepat dan sesuai.
Waktu pendakian juga sangat penting sebagai pertimbangan dalam pendakian. Jika tak ingin terlalu lama mendaki dalam kondisi berpuasa, mengambil start pendakian di malam hari bisa menjadi alternatif yang baik. Tiba di puncak pada pagi hari dan turun pada siang hari. Anda juga bisa menentukan waktu yang lebih cocok, agar ibadah dan hobi tetap bisa berlangsung.
Cari teman perjalanan yang cocok.
Seperti yang telah diketahui, puasa tak hanya menahan lapar dan haus, namun juga menahan emosi. Kadangkala ketika tubuh terasa lelah banyak hal menjengkelkan yang bisa saja muncul dari teman seperjalanan yang kurang cocok. Selain itu ajak juga teman yang bisa menghormati keadaan anda yang sedang berpuasa, bukan malah menjadi penyebab anda tergoda untuk membatalkan puasa.
Atur tempo perjalanan
Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman seperti biasanya, sehingga lebih mudah lelah. Untuk itu atur tempo perjalanan yang tidak terlalu cepat, sehingga energi bisa lebih dihemat.
Jangan memaksakan diri.
Ketika kondisi tubuh benar-benar sudah lelah dan dirasa tak sanggup untuk melanjutkan puasa dan pendakian maka jangan pernah memaksakan diri. Ingatlah selalu bahwa pendakian yang sukses adalah berhasil kembali dengan selamat.
Dalam setiap pendakian, kesiapan fisik, mental dan perlengkapan memang sangat dibutuhkan, apalagi jika dalam kondisi berpuasa. Niat yang kuat untuk tetap beribadah dan tetap melakukan aktivitas pendakian merupakan motivasi terbaik. Beberapa hal di atas bisa menjadi masukkan untuk kesuksesan pendakian dan kesuksesan ibadah anda. Selamat mendaki! (Sumber: Artikel wisatagunung.com Foto explore1ndonesia.blogspot.com)