Kain Ulos khas Danau Toba merupakan salah satu kerajinan tradisional Batak yang sangat terkenal. Kain yang didominasi warna merah, hitam, dan putih ini biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak. Dahulu, kain ini hanya digunakan sebagai selendang dan sarung untuk pasangan kebaya, namun pada saat ini telah mengalami modifikasi sehingga lebih menarik dan bernilai ekonomis, misalnya dijadikan sebagai produk suvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan kain gorden.
Kain yang diproduksi secara home industry ini cara pembuatan dan alatnya sama seperti pembuatan kain songket khas Palembang. Para pengrajin, sambil duduk dengan penuh kesabaran, menenun untaian benang berwarna emas dan perak untuk menghasilkan sebuah kain ulos yang indah dan artistik.
Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain ini secara garis besar ada tiga cara, yaitu dengan siabithononton (dipakai), sihadanghononton (dililit di kepala atau bisa juga ditenteng), sitalitalihononton (dililit di pinggang). Namun demikian, tidak semua jenis Kain Ulos dapat dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Dalam keseharian, laki-laki Batak menggunakan sarung tenun bermotif kotak-kotak, tali-tali dan baju berbentuk kemeja kurung berwarna hitam, tanpa alas kaki.